"Mati di gunung, gagah juga!" Gumam Widy. "Aku juga pernah berpikir mendapatkan kematian di gunung. Lalu ruh ku bersemayam ikut menjaga alam."
"Pantas sepupu dari ayah aku pada berdatangan dari Padang dan Jakarta," kata Syafri. "Aku pikir hanya kumpul-kumpul menjelang puasa. Â Dua hari lalu aku diminta pergi katanya rapat para orangtua. Ya aku jalan bersama Angga dan Hein."
"Mereka yang mengenalkan atuuh!"
Mereka salat zuhur di rumah penduduk. Widy meminta Syafri jadi Imam. Â Untuk pertama kalinya.
Keduanya tiba di Ujungberung Bada Asar. Â Syafri terkejut, ternyata sebuah jip menunggu. Â "Uda Zainal?"
Dia dari Padang, seorang sepupu ayah. Seorang tentara yang bertugas di Sumatera Tengah. Â Yang lebih mengejutkan lagi dia bersama Herland, sepupu Widy.
"Jemputan datang!" Herland tertawa.
"Kalian sudah kenal?" tanya Widy.
"Aku satu Angkatan dengan Herland. Â Kami pernah bersama di bawah komando Kawilarang tetapi hanya sebentar," kata Herland.
"Malah satu pertempuran lawan gerombolan bersenjata itu di mana itu Bung Herland?"
"Di Subang, Maret 1952" kata Herland. "Kami dalam otobis trayek Bandung-Subang-Pamanukan. Otobis kami ditembaki belasan orang bersenjata. Tentara datang, mengejar mereka termasuk aku dan Zainal. Kami kehilangan seorang rekan."