"Mau makan di mana kang?" akhirnya Widy bicara. "Di rumah makan dekat sini mahal, mending di rumah aku saja."
Syafri merasa lega. Â Dia mengayuh sepedanya dan Widy di belakangnya. "Luka kamu sudah sembuh?"
"Sudah kering. Masih meninggalkan koreng," jawab dia.
"Kamu ada pikiran cabul nggak ketika berdansa dan pegang-pegang aku?" tiba-tiba dia bertanya.
Syafri merasa sulit menjawab. "Nggak."
"Nggak seratus persen, tetapi ada sedikit, kan?"
"Kamu nggak marah, kan?"
"Buat marah? Sebentar lagi aku lulus SMA. Â Aku mau kuliah di Fakultas Pengetahuan Masyarakat di Unpad, kabarnya buka September ini," jelas Widy. "Aku ingin ke Baduy atau ke kampung Akang di Sumatera untuk penelitian."
Syafri senang. Ternyata pujaanya perempuan yang ingin maju. Dia semakin bersemangat melarikan sepedanya. Â
"Aku setuju!" teriak Syafri.
Tiba-tiba Widy terisak. Syafri merasa ada yang tidak beres. Dia berbelok ke arah Taman Sari melewati Kampus Sekolah Teknik yang cukup sepi.