"Jangan geer, aku melihatmu tadi turun dari angkot ke sini. Aku dari Museum ketemu sahabatku," jawab dia.
Sebetulnya aku enggan bertemu dia saat ini. Sebab dia selalu menebak apa yang aku pikirkan. Â Entah dia juga bisa meramal. Tetapi tebakannya selalu tepat.
"Kamu mau mendekati satu orang, ya? Aku kira hanya setengah hati. Keputusan yang baik untuk orang yang selalu mendua. Tetapi aku menduga akan ada satu cewek yang akan membuat ingin berlutut di kakinya. Orang yang tidak akan kamu sangka."
"Orang Bandung?" kataku mengacuhkan.
"R" menggeleng. "Jauh dari sini. Orangnya tidak akan kamu sangka. Kamu seperti nyamuk yang sedang keenakan di dinding dan dia merayap seperti cecak lalu Haap..!"
"R" tergelak.
"Aku kira orang Bandung?" Aku menatapnya.
"R" Â tidak menjawab. "Kalau kamu sampai terjerat seperti kupu-kupu di jaring asmaranya. Datang ke Bandung dan aku mencarimu."
"Bagaimana kamu tahu? Aku tidak mudah terjerat jaring asmara
"Orang suka berceloteh di Facebook," katanya.
"Aku mau Salat Asar sebelum ke Jakarta dengan X-Trans  dari Hotel Batara, Cihampelas?"