Mohon tunggu...
Julius Situmorang
Julius Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Buku Jendela Dunia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Bayi yang Gugur Itu Lebih Beruntung daripada Kita yang Hidup Ini? (Menggugat Nada Negatif akan Kehidupan: Sebuah Tafsir Pengkhotbah 6:1-12)

14 Juli 2022   21:16 Diperbarui: 14 Juli 2022   21:38 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 

Ayat 6:  Menurut EGS ayat 6 ini terdiri dari dua bagian yang tidak “nyambung” satu dengan yang lainnya.[24] Pertama menjelaskan tentang pengandaian jika orang yang memiliki kekayaan, harta benda dan kelimpahan tersebut bisa hidup 2x1000 tahun (syanim pa’amayim), tetapi tidak bisa puas menikmati kesenangan.

[25] Menjadi tidak “nyambung” karena pernyataan selanjutnya adalah sebuah pertanyaan yang mempertanyakan; “bukankah mau hidup berapa lama pun tetap menuju pada satu tempat?” 

Walaupun dikatakan kalimat ini belum lengkap, saya rasa maksud dari Kohelet sudah tertuang di sini, yang kurang lebih intinya adalah merendahkan kehidupan yang lama tersebut. Kembali sebenarnya nada negatif termuat di sini. Kali ini Kohelet meragukan adanya kehidupan dengan kesenangan yang pada akhirnya sama-sama menuju liang kubur. 

Memang di beberapa bagian sebelumnya Kohelet menyertakan pendapatnya mengenai bagaimana kenyataan kehidupan ini; misalnya saja mengenai kesewenang-wenangan sang waktu (menurut EGS).[26] Secara garis besar dalam perikop kesewenang-wenangan sang waktu, pernyataan Kohelet bisa ditarik nada positif nya, 

yaitu semua sudah ada waktunya, oleh karena itu Kohelet menyadari betapa berharganya hidup yang singkat ini.[27] Inilah alasan saya menilai Kohelet di perikop pasal 6 ini terlalu meremehkan keberhargaan hidup yang ia anggap berharga di perikop-perikop sebelumnya. 

Dari sini saya juga membayangkan bahwa proses penulisan perikop pasal 6 ini memperlihatkan diri Kohelet yang sudah terlalu uzur usianya, sedangkan pada perikop-perikop yang bernada positif dia adalah orang tua yang masih bisa merasakan kehidupannya di dunia ini. 

Seperti halnya orang tua yang berusia 60-70 tahun pasti ia masih bersemangat untuk hidup, jika ia menantikan kelahiran cucu-cucunya. Masih ada nada positif dalam menjalani kehidupan di usia 60-70 tahun, dengan harapan menantikan kedatangan cucu mereka. 

Sedangkan ketika berusia 90 tahun sampai 100 tahun ke atas, orang-orang tua ini telah bosan untuk hidup mereka sudah melihat semua yang perlu mereka lihat dalam dunia ini. Cucu-cucunya pun telah tumbuh dewasa, atau bahkan sudah memiliki anak. 

Oleh karena itu, tak jarang para orang tua yang berusia 90 tahun ke atas menghendaki hidupnya segera diambil oleh Tuhan, apalagi jika hidup nya hanya terbaring di kasur atau duduk di kursi roda saja. 

 Ayat 7: Sebelumnya dalam ayat 3 sudah disinggung masalah nfs yaitu akar kata dari hannefesy, yang berarti keinginan.[28] Menurut EGS ayat ini menyampaikan bahwa adanya keinginan orang di ayat 3 yang tidak puas-puasnya memenuhi kesenagannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun