Selanjutnya ketika menyadari bahwa orang-orang tersebut tidak diberi kuasa untuk menikmati apa yang dimilikinya tersebut, ternyata ada orang-orang asing yang mendapat kesempatan untuk menikmati hal-hal tersebut. Menurut EGS orang asing (isy nokri) tersebut adalah siapa saja yang menikmati kekayaan orang yang malang tersebut,
tetapi di lain pihak BIS-LAI mengartikan isy nokri orang yang tidak dikenal-Nya, dari sini EGS mempertanyakan keputusan BIS-LAI yang dengan sengaja menggunakan awalan huruf besar pada kata “Nya”.[10] Jika meminjam konteks yang diberikan Sneed di atas,
saya rasa BIS-LAI ingin mengatakan bahwa orang yang menikmati kekayaan orang malang ini adalah orang-orang Yunani atau penguasa rezim ptolemaik yang telah merampas kekayaan warga Yahudi. Jadi mereka yang menikmati kekayaan orang-orang malang tersebut adalah orang-orang di luar kaum Yahudi,
yang berarti mereka tidak termasuk qahal YHWH. Mungkin saja seperti itu dasar yang digunakan oleh BIS-LAI. Dari ungkapan situasi-situasi kondisi yang dilihat oleh Kohelet dalam ayat 1 & 2 tersebut, akhirnya Kohelet kembali mengatakan kata andalannya hebel. Tetapi kata hebel sekarang diikuti dengan kata khali dan ra, yang berarti menyakitkan dan sebuah kemalangan.[11]
- Nada pesimis Kohelet terhadap kehidupan yang gagal menikmati kekayaan, harta benda dan kelimpahan
Ayat 3: Fox pada ayat 3 ini memberi argumen bahwa ayat 3 ini adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat meringankan atau pun dapat membuat penggambaran seseorang dalam ayat 2 sebelumnya tidak terlihat begitu menyedihkan.
[12] Tetapi hal itu malah menuntun Fox pada kesimpulan bahwa usaha tersebut ternyata tidak terlalu memperbaiki gambaran di ayat 2, malahan itu malah menambah penggambaran akan kemalangan seseorang di ayat 2 tersebut.
Argumen Fox berawal dari kenyataan bahwa jika Tuhan memberikan kekayaan, harta benda dan kelimpahan pada manusia, tetapi Tuhan tidak memberikan kuasa padanya untuk menikmatinya (ayat 2), itu berarti adalah sebuah kondisi yang absurd dan sebuah kemalangan.
[13] Kemudian pada ayat 3, Fox menganggap bahwa Kohelet mencoba untuk memberikan beberapa pertimbangan yang sekiranya bisa membuat penggambaran orang di ayat 2 di atas tidak terlihat terlalu menyedihkan, padahal malah membuat penggambaran orang di ayat 2 terlihat lebih buruk lagi.
[14] Hal yang dapat membuat orang di ayat 2 terlihat lebih baik adalah umur panjang dan banyak anak, yang menurut EGS dianggap sebagai berkat dalam Perjanjian Lama.[15] Tetapi ternyata penggambaran tersebut malah membuat penggambaran orang di ayat 2 terlihat tambah menyedihkan,