bahkan Fox mengatakan lebih baik orang tersebut tidak usah ada sekalian.[16] Hal tersebut dikarenakan Kohelet melihat bahwa orang tersebut, walaupun berumur panjang dan memiliki banyak anak, tetapi tidak ada kepuasan dalam dirinya, dan tidak mendapatkan tempat penguburan yang layak.
Menurut C. L. Seow kata Qebura dalam ayat ini tidak merujuk pada tindakan penguburan, tetapi ke tempat penguburan, kata ini dibuktikan dalam berbagai prasasti Semit Barat, yang selalu merujuk pada tempat penguburan, bukan upacara pemakaman.
[17] Orang yang ada pada ayat 3 ini ternyata memiliki kekhawatiran tentang hari-harinya yang akan datang dan mengeluh bilamana ia tidak mendapatkan tempat pemakaman yang layak.[18] Hal tersebutlah yang membuat Kohelet menganggap orang di ayat 3 ini tidak lebih dari bayi gugur (hannafel).
Ayat 4 & 5: kenapa bayi gugur disandingkan dengan orang yang ada dalam ayat 3? Di sini lah jawaban tersebut diuraikan oleh Kohelet. Dengan waktu yang cukup lama akhirnya EGS berhasil memahami Kohelet yang menyandingkan orang di ayat 3 dengan bayi gugur tersebut, dengan berawal dari pemahaman akan sebuah film berjudul “The Prince of Tides”.[19] EGS menguraikan keberhasilannya memahami Kohelet sebagai berikut;
Dalam film tersebut diceritakan bagaimana ada seorang anak perempuan, yang hidup miskin dalam keluarganya, dan suatu ketika mendapati adiknya yang telah mati di dalam freezer. Ketika mendapati adiknya yang mati di dalam freezer tersebut, anak perempuan tersebut berkata;
“Kau sangat beruntung lahir gugur, tidak perlu mengalami penderitaan seperti saya”. Hal tersebut disandingkan oleh EGS dengan penderitaan mental Kohelet yang harus hidup di bawah bayang-bayang maut.[20]
Berbeda dengan EGS yang berhasil memahami ungkapan Kohelet yang menganggap lebih menguntungkan bayi gugur daripada orang yang menderita seperti digambarkan pada ayat 2 dan 3, saya tidak bisa menerima perbandingan Kohelet tersebut. Pertama jelas nada perbandingan orang yang hidup menderita dengan bayi gugur adalah nada yang pesimis terhadap kehidupan.
Dalam masa pandemi covid-19 ini, semua orang telah dirampas kehidupan normalnya. Segala jenis aktivitas pekerjaan, perkuliahan dan kegiatan-kegiatan lainnya sekarang harus segera diberhentikan untuk sementara.
Baik orang yang memiliki kekayaan, harta benda dan kelimpahan (oser, unkasim, wekabod) tidak bisa menikmatinya karena harus mendekam di rumah, dan jika digolongkan sebagai orang dalam pengawasan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP), maka malah harus mendekam di Rumah Sakit untuk menjalani isolasi.
Apakah dengan demikian orang-orang tersebut berpikir bahwa bayi gugur lebih baik dari pada dirinya? Saya sendiri telah menjalani masa isolasi di Rumah Sakit selama satu minggu karena diduga sebagai ODP, tetapi saya tidak berpikir bahwa bayi gugur lebih baik dari pada saya, mungkin karena saya hanya ditahan di RS selama satu minggu saja.
Tetapi dengan melihat para perusahaan-perusahaan dan pemerintahan yang mengalami dampak yang hebat karena pandemi covid-19 ini, mereka juga tidak menunjukkan adanya nada pesimis dalam hidup yang seperti ini.