Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

You?

2 April 2017   13:07 Diperbarui: 4 April 2017   15:13 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ummi online

“Hati-hati,” pesannya, sambil menatap Piyu dengan tatapan yang dalam. Piyu mengangguk, dan segera menarik gas untuk segera pergi dari situ. Raisya memandangi sampai Piyu hilang di belokan.

Oh Tuhan, terima kasih, Engkau telah mendengar doa-doaku, bisik hatinya senang. Ia pun segera kembali masuk ke rumah. Dan di depan aquarium, ia berhenti, “Thanks ya teman-teman, karenamu, Piyu mau ngobrol lama denganku,” katanya sambil tersenyum ke arah ikan-ikan hias koleksinya.

Hari berikutnya, sikap Piyu tampak berubah pada Raisya. Ia tidak cuek lagi dan bisa lebih menghargai Raisya. Mereka pun jadi sering terlihat ngobrol bareng untuk membahas hobby mereka. Bahkan, kalau ada event yang berhubungan dengan ikan hias, baik pameran atau kontes, mereka terlihat pergi bersama untuk mengunjungi event tersebut. Sepertinya mereka sudah nyambung dan klop banget, mudah-mudahan jalan untuk menuju tahap berikutnya mulai terbuka.

Raisya pun merasa tidak canggung lagi pada Piyu, ia bisa ngobrol apa saja dengannya, bukan hanya hobi mereka, tapi juga masalah lainnya, seperti kuliah, keluarga dan masa depan. Bahkan kadang Raisya sering nanya hal-hal yang nyerempet ke arah pribadi, seperti, kenapa Piyu belum punya pacar? Atau tipe cewek seperti apa yang dia suka? Dan lain-lain. Piyu hanya nenjawab, “Belum kepikiran, mungkin nanti saja kalau sudah lulus dan punya pekerjaan tetap.”

Tentu saja jawaban Piyu sangat berarti bagi Raisya, setidaknya ia masih punya waktu untuk terus memberi perhatian dan menjaga kedekatan mereka, semoga dengan begitu Piyu semakin menyadari kalau Raisya begitu tulus mencintainya.

Hingga setelah lulus pun, Raisya tetap keep contact sama Piyu, ia tak pernah bosan dan menyerah untuk mengejar cinta Piyu. Perjuangannya begitu gigih, karena cintanya begitu besar.

Namun, sampai sejauh ini Piyu masih saja bungkam. Ia belum menyatakan rasa cintanya, dan mengajak Raisya untuk memulai hubungan yang lebih serius, atau meningkatkan grade hubungan mereka menjadi bukan lagi sekedar teman biasa. Padahal Raisya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Apakah Piyu benar-benar tidak mengerti perasaannya? Apakah perjuangan dan pengorbanannya selama ini dirasa masih kurang di mata Piyu? Tanyanya dalam hati, galau. Padahal sejak kuliah dulu, semua orang pun sudah tahu kalau ia begitu sayang sama Piyu? Lantas kenapa Piyu masih saja tidak mau mengerti? Bukankah sekarang mereka sudah lulus dan mendapatkan pekerjaan tetap? Alasan apalagi yang menghalangi? Atau mungkinkah diam-diam Piyu sudah memiliki gadis lain? Tanya hati Raisya lagi, gundah. Haruskah ia yang memulai menyatakan perasaannya?

Dan, semua itu terjawab, saat tadi malam, Piyu mengajaknya dinner. Dengan tegas, Piyu berkata, “Sorry Sya, bukan aku tidak menghargai perasaan Kamu selama ini, tapi... Kamu bukan tipe aku, semuanya tidak bisa dipaksakan, jadi aku harap, Kamu bisa melupakan aku. Aku ngucapin banyak terima kasih atas perhatian dan kebaikan Kamu selama ini, semoga Kamu bisa menemukan yang lebih baik dari aku. Kamu cantik dan baik hati, pasti banyak yang suka sama Kamu. Sekali lagi sorry, Sya, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini.” Lalu Piyu pergi meninggalkan Raisya yang tersentak kaget, seperti disambar petir di siang bolong. Ia tak menyangka kalau Piyu akan melakukan ini kepadanya, dan ia pun tak menyangka kalau semuanya akan berakhir seperti ini. Seketika Raisya lemas, tak berdaya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Piyu, yang selama ini ia cintai dengan sepenuh hati, tempat ia menggantungkan harapan dan bahagianya, telah menolaknya dengan tegas. Sungguh ia tak bisa menerima kenyataan ini. Ternyata cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Piyu tak mungkin bisa direngkuh kembali. Semuanya sudah terucap, dan penantiannya selama ini hanya menyisakan kecewa yang dalam.

“Sya,” panggil Anna, lirih. Raisya tidak bergerak sedikitpun, ia masih saja tenggelam dalam kesedihannya, “Sudahlah Sya, jangan dipikirin terus, aku gak mau nanti Kamu malah sakit,” ingatnya, namun Raisya tetap bergeming.

“Sya, aku pun gak nyangka kalau akan berakhir seperti ini, aku pikir Piyu sudah bisa memberi hatinya buat Kamu, karena akhir-akhir ini aku lihat, kalian memang semakin dekat, tapi...” ujar Anna, menggantung. Raisya masih saja diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun