“Gak kok, ini bagus, koi yang itu juga bagus, warnanya jelas dan cerah,” puji Piyu sambil menunjuk ikan koi yang berenang lincah di dalam aquarium, “Siapa yang koleksi ini?”
“Aku, hehe... tapi masih pemula banget, gak seperti Kamu yang udah expert, katanya kemarin abis dapet award ya? Selamat...” puji Raisya, sambil menaburkan pakan ke dalam Aquarium. Seketika ikan-ikan hias itu saling berebut, gerakannya lincah dan lucu. Sebenarnya, Raisya tidak begitu suka ikan hias, namun karena tahu Piyu hobi banget, ia pun jadi ikut-ikutan.
“Kalau bisa, jangan terlalu sering dikasih makan, nanti cepat gendut dan gerakannya lamban, gak lincah lagi,” komentar Piyu, Raisya mendengarkan dengan seksama, seperti seorang murid yang sedang mendengarkan petuah gurunya. “Ah, aku juga belum pakar kok, masih belajar,” lanjutnya merendah. Tapi apapun itu, kebahagiaan Raisya semakin bertambah, apalagi Piyu terlihat lebih friendly, tidak seperti biasanya, yang jangankan ngobrol, menoleh pun tidak.
“Ah, Kamu bisa aza, mana mungkin kalau bukan pakar bisa dapet award,” puji Raisya. “Kalau suatu saat aku nanya tentang ikan hias, kita bisa diskusi lagi, kan?” lanjutnya penuh harap.
Piyu mengangguk, “Boleh, kalau aku bisa,” jawabnya. Yess! Teriak Raisya gembira, meski hanya dalam hati. Setidaknya ia akan memiliki banyak kesempatan untuk bisa ngobrol dengan Piyu.
“Thanks ya, sebelumnya,” kata Raisya senang. Lalu merekapun kembali asyik dengan ikan-ikan hias itu yang terus saja berenang kesana-kemari.
“Eh, kayanya udah kelamaan di sini, aku cabut dulu, ya.” Piyu pamit.
“Oh, ya udah, makasih udah nganterin aku, sama ngasih tips,” jawab Raisya, tak lupa menyelipkan senyum di bibir.
“Ok, aku juga sorry ya tadi, gak sengaja, trus gimana pusingnya sekarang? Istirahat aza ya, semoga cepet baikan.”
Raisya mengangguk. Piyu pun segera keluar dan langsung naik ke motornya. Raisya mengantar sampai depan.
“Piyu...” panggil Raisya. Piyu menoleh.