“Vit, tenang dong, itu gak bakal terjadi, percaya deh! Mendingan sekarang kita ke kamar yuk, istirahat, besok kita omongin lagi, atau kalau perlu kita dateng ke 4444 minta data si miskolers itu, ok” pungkas Ifany, lalu menarik tangan Vita untuk beranjak dari situ. Vita terpaksa menurut.
Bersamaan dengan itu, Arya muncul setelah beres-beres di kamar mandi, dan Bayu pun muncul setelah puas menghirup udara malam di luar. Sepertinya mereka juga sudah sama-sama ngantuk.
“Kenapa lagi Vit?! Muka Lo kusut begitu, cuci muka gih, biar seger!!” tuding Arya pada Vita, “Bukannya seneng, besok kita balik ke Bandung.”
“Nih!” Vita menyerahkan HP-nya pada Arya.
“Apaaan?!” Arya tidak mengerti.
“Lo baca aza sendiri!”
Lalu Arya pun membaca sms yang dimaksud Vita.
“Oh, itu.... sudahlah, gak usah terlalu dipikirin, kirain ada apa?” komentar Arya enteng.
“Tuuh kan, gak ada yang mau ngertiin gue! Semuanya menganggap hal ini sepele! Kalian gak tahu sih yang gue rasain! Lo juga kan, Bay?! Pasti gak dukung gue!” sengit Vita. Bayu tergagap.
“Sekarang ini, yang gue punya cuma kalian, kalian juga tahu kan kalau ortu gue jauh, dan kakak gue sibuk ngurusin keluarganya. So sama siapa lagi gue mesti ngadu kalau bukan sama kalian yang udah gue anggap seperti keluarga gue sendiri!” ungkap Vita kesal. “Ini tuh udah lama, dari dulu, sejak kita masih persiapan audisi sampai sekarang kita udah promo album. Kalian juga tahu, kan? Gue takut!”
“Iya Vit, kita ngerti, tapi Lo jangan panik gitu dong, yakin deh, gak bakal terjadi apa-apa, tenang ya!” Bayu mencoba menenangkan.