“Ya udah lah Vit, abis mau gimana lagi, untuk sekarang mungkin kita belum nemu solusi buat Lo, tapi gue yakin, suatu saat nanti bakal ada akhir dari semua ini. Lo yang sabar ya, pokoknya jangan gara-gara ini, Lo jadi down, ok. Kita mesti tetep semangat buat wujudkan mimpi kita, dan kita semua butuh Lo, ok!” ujar Ifany semangat. “Ya gak teman-teman?” lanjutnya, yang lain mengangguk, lalu melakukan toast bersama.
Seiring berjalannya waktu, hubungan pertemanan mereka pun semakin erat, bahkan mungkin sudah seperti saudara. Maka tak heran, kalau mereka saling merasakan yang dialami satu sama lain.
“Kayanya masih ada waktu, kita latihan lagi, yuu...” ajak Bayu kemudian. Yang lain setuju, lalu menuju alat masing-masing. Dan dengan hadirnya Vita, latihan pun semakin maksimal, karena personilnya lengkap.
***
“Hai Fan, udah lama nunggu ya? Sorry gue telat, macet!” sapa Vita ceria, tumben, biasanya kalau datang mukanya cemberut.
“Hai Vit, gak kok, gak telat-telat banget, gue juga baru nyampe,” sambut Ifany sambil senyum. “Ada apa nih, kayanya happy banget. Atau, jangan-jangan udah jadian sama si miskolers itu?” godanya.
“Enak aza! Dia itu udah mati kali, kagak ada kabarnya lagi!” sewot Vita, penuh kepuasan.
“Syukur deh, akhirnya gue bisa liat sobat gue, ceria lagi,” ujar Ifany, dengan senyum yang masih terkembang.
“Iya lah... ngapain juga ngurusin dia, gak penting banget! Mendingan sekarang kita cek lagi kesiapan kita buat tampil entar. Ini kan saat yang udah kita tunggu-tunggu, mudah-mudahan produser terkesan sama penampilan kita dan nerima lagu-lagu kita,” harap Vita berbunga-bunga.
“Aamiiinnn....” Ifany mengaminkan, dengan sepenuh hati.
Malam ini adalah malam yang mereka tunggu-tunggu. Ya, mereka akan melakukan audisi di depan produser untuk menentukan apakah mereka layak masuk dapur rekaman dan diorbitkan, atau tidak? Walaupun selama ini produser sudah merasa terkesan dengan penampilan mereka, tapi tetap saja harus melalui audisi, karena ini prosedur.