Vaivy laksana pelita. Meski ia melukis gulita saban waktu, butiran cahaya terpatri dalam hatinya. Dunia menggelitik tawa dalam nestapa. Meski terkadang Tuhan menyiapkan hiburan berupa lara.
Benci? Aku tak pernah membencinya. Tetapi Tuhan gusar dengan perilakunya. Untuk itu, kujemput ia berbekal mahar hafalan Quran. Musim hujan berakhir menyisakan gumpalan embun di kaca jendela. Gulita buyar oleh nyala pelita. Sungguh terjal titian menemukan kehendak Tuhan dalam kehendak dirinya.
“Duh Gusti, kuatkan iman kami.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H