Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen ǀ Menjemput Pelita dalam Gulita

7 Oktober 2016   06:29 Diperbarui: 8 Oktober 2016   00:50 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Duh Gusti, kuatkan imanku.”

Rumah Vaivy hancur, rata dengan tanah. Menyisakan puing-puing hangus. Menghalau kerumunan berangsur bubar. Vaivy masih tersedu-sedu. Lengan kirinya berdarah. Entah karena goresan entah cakaran. Bajunya sobek-sobek. Darah bercampur lebam melukis pelipis.

Hujan menopengi tangisnya. Isak masih berderai melunturkan bedak dan lipstik Vaivy. Aku membangunkannya. Menuntun ke tempat ia mangkal, sejenak berteduh. Tak banyak yang ku perbuat. Setelah kedua temannya datang, punggung ini lenyap tertelan kelokan jalan.

Sejak peristiwa kebakaran, sulit sekali menemuinya. Pernah suatu ketika bertemu, keadaannya tak mengenakkan. Ia sedang melayani pelanggan. Duduk bermesraan dengan pria perlente. Kata temannya, jam terbang Vaivy tidak seperti dulu. Ia sering sakit-sakitan.

Sekelibat ada Vaivy yang melintang dalam benakku. Keprihatinan menjadi-jadi. Mengapa ia masih berterbangan menjual kemolekan tubuh tanpa berdosa.

“Aku harus ke tempat itu,” batinku menggugat.

Kerap kali, satu jam aku mengunjungi Vaivy. Menemuinya, disaksikan dua wanita lain berparas kesinisan.

“Eh, Mas ngapain juga sering ke sini?” tanyanya sambil berkacak pinggang,”Pergi sana!” bentaknya dengan mata melotot.

Dua wanita lain yang diam sontak menertawaiku.

“Teruskan hingga kamu merasa jemu,” kalimat yang selalu ku sampaikan.

Vaivy mungkin jenuh. Ia jengah padaku. Tapi aku selalu bersikeras melakukan pendekatan. Hanya untuk mengajaknya berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun