Pak Siswanto segera menarik tanganku. Aku hanya bisa pasrah sambil menatap si bapak yang telah menutup mata. Situasi memang tidak memungkinkan kami menyelamatkan jiwanya.
Tak terasa air mataku meleleh ketika melihat pak Siswanto memohon maaf kepada si ibu karena gagal menyelamatkan ayahnya.
"Dalam kondisi seperti itu, jiwa kamu tetap lebih penting Jo", bisik pak Waluyo.
*
Tak pelak lagi pengalaman tersebut terus menghantui diriku.Â
Tatapan mata si bapak terus terbawa dalam mimpi-mimpiku. Aku gagal menyelamatkan jiwanya.Â
Oh Tuhan, seseorang meregang nyawa dihadapanku sementara aku sebagai petugas yang diandalkan tidak berdaya.
Beberapa lama aku harus mendapatkan konseling dari atasanku. Para senior juga tak henti-hentinya membesarkan jiwaku. Dengan melihat manusia dari hidup, minta tolong sampai mati dihadapanku, aku jadi menghargai hidup.
Inilah pelajaran terbesar dalam hidupku yang membulatkan tekad untuk menolong masyarakat yang sedang dalam musibah.
*
Suatu kali, ketika sedang bekerja memadamkan api di sebuah pemukiman, pengalamanku beberapa waktu lalu terulang kembali.