Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pantang Pulang Sebelum Padam

11 September 2023   19:46 Diperbarui: 11 September 2023   20:28 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahaya Jo ... bangunan mau runtuh".

Aku tidak peduli, tujuanku hanyalah bagaimana menyelamatkan pak Siswanto dilantai tiga.

Tiba dilantai tiga, aku segera menyingkirkan reruntuhan atap bangunan yang menimbun pak Siswanto. Ajaibnya Pak Siswanto hanya cedera ringan dan berhasil aku evakuasi.

"Kamu bodoh sekali, menolong aku ... bangunan sudah colaps tau!"

"Bapak bisa berjalan kan?" Aku tidak memperdulikan makian pak Siswanto. "Cepat bapak jalan duluan, aku jaga bapak dari belakang"

Baru beberapa langkah, kudengar suara bergemuruh, suara tembok bangunan disamping pak Siswanto yang runtuh, aku dorong pak Siswanto agar terhindar dari bahaya, tapi sial ... kepalaku malah kena runtuhan tembok, sontak aku terjatuh. Reruntuhan demi reruntuhan menimpa tubuhku. Bara api-pun menjalar disekitarku.

"Bejoooo ...", teriak pak Siswanto.

*

Kakiku tidak bisa digerakkan, tubuhku luar biasa sakit, kepalaku pusing sekali ... darah mulai mengucur dari mulut dan hidungku. Panas ... panas sekali api yang ada disekelilingku. Sepertinya baju tahan api yang kukenakan tidak lagi melindungi diriku. Aku ingin sekali berteriak tapi kenapa tidak bisa.

 Oh Tuhan, tanganku mulai membara, ah .. rasanya luar biasa panas. Pusing dikepala sudah tidak kurasakan lagi, kini panas bara api yang kurasakan disekujur tubuhku ...

Sesaat kemudian aku tidak merasakan apa-apa lagi, hanya hawa sejuk menyelimuti diriku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun