Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pantang Pulang Sebelum Padam

11 September 2023   19:46 Diperbarui: 11 September 2023   20:28 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari kemudian, raungan sirine pemadam kebakaran kembali meraung. Kami pun segera bersiap menuju lokasi TKP, lokasi yang dituju adalah pemukiman warga padat penduduk dibilangan Sunter Jakarta Utara.

Bunyi sirine rombongan mobil pemadam kebakaran kami meraung-raung membelah keramaian arus lalu lintas yang padat di Kota Jakarta. Bunyinya mengalahkan semua kendaraan di jalan raya. Masyarakat pengguna jalan berusaha menyingkir dan mempersilahkan kendaraan pemadam ini untuk lewat.

Pak Waluyo yang mengemudikan mobil benar-benar seperti pembalap nasional, sangat piawai mengemudikan kendaraan ditengah padatnya lalu lintas. Ada rasa bangga saat masyarakat menatap kami. Tidak ada tatapan kesal ketika kendaraan kami menerobos lampu merah.

Tiba di TKP, kami segera bersiap. 

Agak terkejut ketika puluhan warga menghampiri kami yang baru turun dari kendaraan. Tatapan mereka bukan tatapan panik tapi tatapan kemarahan. Mereka merangsek maju berusaha menarik selang air saat kendaraan belum pada posisinya. Sebagian warga bahkan menyoraki kami. Seketika, rasa bangga yang ada didadaku hilang berganti rasa takut.

"Tenang Jo, fokus pada tugasmu!", teriakan pak Siswanto seakan menyadarkanku. 

Rupanya, warga kecewa karena kami dianggap terlambat datang dan bekerja sangat lamban.

Akupun kembali fokus melaksanakan tugas menjadi back-up para seniorku yang berjuang menyemprotkan air ke api yang membubung tinggi.

Seorang ibu dengan wajah panik menghampiri diriku dan berteriak minta tolong karena ayahnya terjebak didalam rumah yang terbakar. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan? 

Aku masih terbengong ketika pak Siswanto menarik tanganku untuk segera membantu ibu tersebut.

Segera aku berlari dibelakang pak Siswanto yang menerobos api yang sedang membakar pemukiman kumuh ini. Kuberanikan diriku dengan berteriak, "Inilah saatnya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun