Di lantai dua tidak ditemukan apa-apa.
Saat itu, api sudah berkobar dilantai dua dan tiga tapi pak Siswanto tetap bertekad untuk memastikan tidak ada korban hidup yang terperangkap disana. Kamipun segera bergegas naik ke lantai tiga. Panasnya minta ampun, untung kami membawa tabung oksigen, jadi masih bisa bernafas dengan baik.
Api dilantai tiga ruko lebih hebat daripada lantai dua, baju tahan api yang kami kenakan masih mampu melindungi tubuh kami.
Sasaran yang dituju telah kami jumpai. Dengan sekali dobrak, pintu kamar mandi pun terbuka. Kami temukan keluarga pemilik toko, ayah, ibu dan satu anak, sedang berlindung ketakutan disana.
Segera pak Siswanto melakukan evakuasi korban. Aku diperintahkan jalan didepan, sementara pak Siswanto berada pada posisi belakang.Â
Saat mendekati anak tangga, tiba-tiba kudengar atap bangunan runtuh disertai teriakan pak Siswanto. Ternyata pak Siswanto tertimpa reruntuhan bangunan. Aku berbalik untuk menolong komandan, tapi pak Siswanto memerintahkan aku untuk menyelamatkan korban lebih dulu.Â
Awalnya aku ragu. Tapi teriakan pak Siswanto, "Ini perintah!" membuatku segera melanjutkan mengevakuasi korban.
Korban berhasil kuselamatkan ke lantai satu dan diterima oleh pak Waluyo yang siaga disana.Â
Lalu aku segera berlari untuk naik lagi ke lantai tiga.
"Hei mau kemana kamu Jo", teriak pak Waluyo.
"Pak Siswanto perlu ditolong", jawabku.