"Jo pasang mata", teriak pak Siswanto.
Dalam posisi beriringan kami pun menyusuri bangunan yang terbakar mencari-cari sosok korban di area bangunan yang ditunjuk ibu tadi.Â
Samar-samar kudengar suara orang merintih ditengah puing-puing bangunan.
"Di sebelah kanan Ndan", teriakku pada pak Siswanto. Kami pun segera mengarah ke suara rintihan tadi.Â
Kami menemukan seorang bapak terhimpit puing-puing kayu bangunan. Matanya menatapku penuh harap, segera kuhampiri dan kupegang tangannya. Sementara pak Siswanto berusaha mengangkat puing-puing yang menghimpit tubuhnya.
"Tenang pak, sabar pak", hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku.
Aku mulai panik ketika pegangan tangan si bapak mengendur, dan matanya pun mulai menutup, sementara api disekeliling kami makin membesar. Segera kulepas tangan si bapak dan membantu pak Siswanto menyingkirkan puing-puing.
"Tidak mungkin Jo, terlalu berat. Api juga makin membesar", kata pak Siswanto.
"Tapi .. kita harus selamatkan si bapak!"
"Ayo Jo, tinggalkan tempat ini ... tidak mungkin".
"Tapi pak ...".