Untuk menghilangkan kejenuhan, biasanya aku mengisi waktu dengan mempelajari peralatan pemadam kebakaran yang ada di kantor. Semua peralatan itu harus siap digunakan sewaktu-waktu.
*
Akhirnya saat yang kutunggu-tunggu tiba juga.Â
Raungan sirine pemadam kebakaran pada jam 02.00 dinihari, seakan membangkitkan gelora jiwaku. Aku siap bertaruh nyawa demi menolong sesama!Â
Bergegas regu kami bersiap untuk berangkat ke TKP. Sebagai "junior" aku diberi tugas untuk memback-up para seniorku. Kami segera naik ke mobil pemadam kebakaran dan mobil yang dikemudikan pak Waluyo pun meluncur kencang. Pak Waluyo memang piawai mengemudikan mobil pemadam kebakaran.
Mendekati TKP aku jadi bingung, kok tidak ada tanda-tanda cahaya api atau asap di angkasa?Â
Saat tiba di TKP, sama sekali tidak ada tanda-tanda rumah yang terbakar. Dari petugas satpam setempat didapat keterangan bahwa tidak terjadi kebakaran di wilayah itu. Pak Siswanto segera menghubungi markas melalui radio, dan akhirnya disimpulkan bahwa itu adalah panggilan palsu!
Oh, inikah tugas pertamaku? ... Hanya melayani penelpon iseng ditengah malam? ... Oh!
"Bekerja di pemadam kebakaran itu memang banyak dukanya. Makanya, kami sudah dilatih untuk selalu bersikap sabar untuk menghadapi berbagai kondisi yang terjadi di lapangan." kata pak Siswanto.
Hmm, inikah salah satu duka seorang petugas pemadam kebakaran seperti yang dialami teman-teman?
*