"Siap, Pak. Terimakasih Pak!"
"hahahaha... bagus, bagus. Ah.. Pak Hardy kita ngobrolnya di dalam saja. Mari pak!"
Sebelum beranjak Aryo melihat telapak tangan Om Hardy sempat menepuk bahu Andre.
"Nah lo... semakin sulit kan menjadi dokter?" guman Aryo pada dirinya sendiri.
Saat kedua pria dewasa itu menjauh tubuh Andre kembali melemas. Lutut-lututnya goyah. Air matanya menggenang.
"Ndree," seolah tahun pikiran sahabatnya, Aryo Cuma menggandeng dan membawanya ke motor.
"Ayo, Kita jalan -- jalan. Kita rayain keberhasilan hari ini. Okey ? jadi Kamu maunya kita kemana? Abang Ojol siap membantu,"
"kemana aja, yang penting jauh dari sini,"
Di perjalanan yang sepi nan kaku akhirnya Andre membuka suara
"Yo...,Apa gua berjalan ke arah yang seharusnya atau bagaimana?"
"entahlah sobat. Cukuplah otak itu berkelahi hari ini. Kamu harus mempersiapkan dirimu untuk tes selanjutnya,"