Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Cerita Aneh dari Giriomote

19 Januari 2017   18:11 Diperbarui: 19 Januari 2017   18:17 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, sebelum Nyai undur diri, perempuan yang keriputnya bersaing dengan Ki Yyaja itu sejenak meluangkan waktu, berdiri menatapku, oh bukan, tepatnya menyoroti tajam pada bayangan yang memayungiku. Kali inipun, aku maklum dengan tatap heran itu.

“Diberkatilah kau, Nak,” ujar Nyai.

“Maaf, Nisanak. Sepertinya tak banyak yang bisa Aki bantu,” ujar Ki Yyaja setelah tubuh kurus pasangan hidupnya itu lenyap ditelan rongga menganga dari batang Sakishima Sappan yang berdiri tegak, menjulang jumawa. Ya, pohon raksasa itu sangat berhak untuk sombong dengan ukurannya itu. Size does matter. Taelaa..

“Tapi, Ki...”

“Mereka juga ciptaan Tuhan, Nisanak. Manalah berani Aki berbuat keji. Lagipula Aki tak berkekuatan sebesar yang dimiliki Malaikat Pemutus Sukma.”

“Saya mohon, Aki...”

“Entah kabar apa yang telah Nisanak dengar di luaran hingga bersedia susah payah menempuh perjalanan sejauh 100 farsakh untuk menemui Aki di sini.”

“Karena Aki terus hadir dalam mimpi. Selain daripada itu, saya merasa sudah tak sanggup lagi, Ki. Hidup saya sudah di ujung tanduk..”

“Layaknya orang tua dimanapun, Aki hanya bisa memberi saran kepada Nisanak. Begini: janganlah Nisanak menuruti dan jangan pula menolak, tapi kenalilah yang terdominan memberikan rasa nyaman bagi diri Nisanak. Dan kenalilah yang paling mampu memberi kontribusi manfaat besar bagi sesama atau orang-orang di sekitar.”

Panjang lebar petuah Ki Yyaja. Kalau bukan karena besarnya tekadku, mungkin sudah tertidur pulas aku mendengarnya.

“Tapi mereka terlalu banyak Ki. Andaikan mereka setenang telaga, saya takkan semenderita ini, seputus asa ini. Mereka sungguh gemar bertikai. Tak kenal damai. Tak henti bersinggungan seperti nutfah. Rumit seperti struktur suatu sel. Mereka licik. Penuh tipu muslihat. Penjilat. Dan penyuka kemungkaran. Mereka pandai bersilat lidah. Menukar kebajikan dengan kebohongan. Memoles kebohongan agar secantik kebaikan. Bujukan mereka sangat sulit ditepis, Aki. Mereka benar-benar ahli. Saya dibuatnya tak seberdaya ini,” Tak sadar aku menjadi seperti Ki Yyaja. Bicara malur-malur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun