Mohon tunggu...
Jaid Brennan
Jaid Brennan Mohon Tunggu... Penulis Freelance -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelangi Pucat Pasi - Bagian 6 - Schizophrenia

27 Desember 2016   06:04 Diperbarui: 27 Desember 2016   07:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Itu apa?” akuragu untuk menjawabnya. Tangan Bapak angkatku menunjuk pada tukang baso yangsedang mangkal.

“Baso, Pak.Tukang baso”. 

“Huuuhh...goblok!!!” dia meremas tanganku geram.

“Yang ada di pikirankamu itu cuma makanan. Itu jalan apa maksudnya.” bentaknya.

“Jaksa AgungSuprapto, Pak”.

“Bagus, kauharus hafal jalan di kota ini”.

“Iya, Pak”. Akubaru mengerti apa maksud

Bapak angkatku. Mobil itu berhenti di pusat perbelanjaan.

“Ayo”,  katanya. Tapi aku masih ragu untuk turun. 

“Kenapa diamsaja? Ayo turun.” Tanpa ragu-ragu segera aku turun, mengikutinya berjalan masukke dalam mal, tanpa pakaian yang layak dan alas kaki. Kubunuh rasa maluku dariorang-orang yang melihatku aneh. Aku terus mengikutinya di belakang sepertianjing yang mengikuti Tuannya sampai kami berhenti di sebuah restaurant burger.Dia memesan tiga buah burger dan tiga buah soft drink, dua untukku dan satuuntuknya.

“Habiskan, kauharus makan yang banyak,” katanya. Tanpa ragu-ragu kumasukkan potongan burgeritu ke mulutku tapi rasa bawang bombay  yang menyengat membuatkuingin memuntahkannya. Melihat gelagatku Pak Susastio kembali membentakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun