“Yang sabar sajasama Bapak, percayalah kalau kau tahan, satu saat tidak menutup kemungkinan kaubisa jadi orang. Maksudnya disini kau bisa sekolah setinggi yang kau mau.”
“Tapi Pak…”
“Aku mengertiSyan. Aku mengerti apa yang kau pikirkan. Kau seperti tak sanggup untukmenghadapi semua kan? Saya yakin dengan berjalanya waktu kalian akan salingbisa memahami. “
“Aku tidakyakin, Pak”.
“Baiklah akutidak memaksa kau untuk bertahan tapi kau pikirkan juga masa depanmu. Ok, Syan,masih banyak yang harus aku kerjakan. Sampai ketemu, ya!”
“Terimakasihuntuk nasehatnya, Pak”.
“Sama-samaSyan.” Setelah kepergian Pak Arian aku segera masuk ke dalam. Kulihat Bapakangkatku tertidur pulas di Sofa dengan mulut menganga.
“ Syan”, Suaralembut mba Larasati di belakangkumengagetkanku.
“Mumpung Bapaktidur, sudah kamu istirahat sana.”
“Iya, mbaterimakasih.”
“Syan, kamusudah makan belum?”