Mohon tunggu...
Jaid Brennan
Jaid Brennan Mohon Tunggu... Penulis Freelance -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelangi Pucat Pasi - Bagian 6 - Schizophrenia

27 Desember 2016   06:04 Diperbarui: 27 Desember 2016   07:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya Pak.”

“Kenapa kamukesini? Mana Sum? Panggil sini. Kamu Syan bukan Sum.” katanya. Sum ada-

lah pembantu di rumah ini. Lega rasanya, aku segera memanggil mbok Sumdan dialah sekarang yang menggantikan semua penderitaanku.

Sekarang akutahu bagaimana agar aku tidak terlalu banyak kontak dengan Bapak angkatku.  Aku ikut kegiatan ekskul. Aku ikut band danjuga Pecinta Alam yang kelihatan berani dan gagah. Tapi sesungguhnya waktulatihan aku banyak cengengesan dan banyak bikin ulah. Entahlah, akhir-akhir inikurasa aku pun mulai gila. Aku mulai mencari-cari perhatian. Aku mulai senangketika banyak mata mulai tertuju padaku. Ada sensasi tersendiri ketika semuaorang memperhatikan aku. Sebelumnya aku tidak begitu mungkin. Ini karena imbasdari kekerasan psikis yang dilakukan Pak Susastio padaku. Namun demikian apapun yang aku lakukan, semua teman di kelasku mendukungku. Entah merekamendukung  hanya karena aku Anak angkatPak Susastio. Atau memang dari pembawaanku. Mereka tidak tahu aku yang ceria,aku yang suka membuat ulah dan mengundang teman-temanku untuk tertawa itusesungguhnya menyimpan beban yang hanya aku sendiri yang tahu. Mereka pikirberada di rumah mantan pejabat itu menyenangkan. Mereka salah. Aku memangdiberi uang lebih, tapi bukan berarti aku bahagia, bukan berarti aku senang.Selain sekolahku sesungguhnya aku di sini hanya untuk satu hal yang selalumengganggu tidurku. Kehangatan cinta keluarga yang tidak aku dapatkan darikeluargaku. Tapi yang aku harapkan sebaliknya. Dan aku mulai menertawakandiriku sendiri yang masih percaya bahwa cinta , kasih sayang itu masih ada.Diam- diam di sekolah aku mulai membuat sensasi. Aku menghimpun anak-anak yangtertindas dan yang tidak diberi uang saku lebih untuk menjadi bodyguardku,kemana-mana mereka ada di belakangku dan entah kenapa aku pun merasa amanberada di antara mereka. Dan uang saku yang diberikan Pak Susastio cukup mampuuntuk mentraktir semua teman-temanku di kelas itu. Dan seperti aku yang setiapada Pak Susastio bapak angkatku, mereka pun setia padaku. Tapi bedanya akutidak memperlakukan mereka semena-mena, dan tugas mereka hanya membuatku aman.Banyak teman-teman dari kelas lain jadi bingung bagaimana mungkin aku yangberperawakan kecil, bisa menundukkan anak-anak yang lebih besar dari aku. Akumulai berpikir bagaimanapun uang cukup berkuasa. Dan di sekolah adalah tempatkulepas dari semua penderitaanku. Bahkan aku mulai berpikir kalau aku datang disekolah bukan untuk belajar tapi untuk bersenang-senang dengan semuateman-temanku. Sepertinya ucapan Bu Susastio itu selalu terngiang-ngiang ditelingaku. Bersenag-senanglah, nak. Nikmati hidupmu. Jangan sampai kaustress hanya karena Bapak ­dan Bu Susastio tidak segan-segan untukmemberikan uang untukku agar aku bisa menikmati hidupku. Bukan hanya Ibuangkatku. Pak Susastio pun sering melemparkan uang ke mukaku. Belum lagi mbaLarasati dan mas Bima yang suka datang ke kamarku yang juga memberikan uanguntukku. Tak pernah seumur hidupku aku merasa sekaya ini. Dan di sekolah semuaorang memanggilku boss, yah, Bos kecil. Tapi aku tidak simpati dengan merekayang memanggilku bos. Aku lebih simpati pada mereka teman-temanku yangkekurangan. Aku membantunya untuk membeli buku. Untuk membeli baju seragamnyayang sudah menguning. Karena aku pernah mengalami apa yang mereka alami. Akupernah merasakan bagaimana susahnya kekurangan.   (JB) - Bersambung 

scizoprenia-5861a0eef29673646d46b45a.jpg
scizoprenia-5861a0eef29673646d46b45a.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun