“Itu apa?” akuragu untuk menjawabnya. Tangan Bapak angkatku menunjuk pada tukang baso yangsedang mangkal.
“Baso, Pak.Tukang baso”.
“Huuuhh...goblok!!!” dia meremas tanganku geram.
“Yang ada di pikirankamu itu cuma makanan. Itu jalan apa maksudnya.” bentaknya.
“Jaksa AgungSuprapto, Pak”.
“Bagus, kauharus hafal jalan di kota ini”.
“Iya, Pak”. Akubaru mengerti apa maksud
Bapak angkatku. Mobil itu berhenti di pusat perbelanjaan.
“Ayo”, katanya. Tapi aku masih ragu untuk turun.
“Kenapa diamsaja? Ayo turun.” Tanpa ragu-ragu segera aku turun, mengikutinya berjalan masukke dalam mal, tanpa pakaian yang layak dan alas kaki. Kubunuh rasa maluku dariorang-orang yang melihatku aneh. Aku terus mengikutinya di belakang sepertianjing yang mengikuti Tuannya sampai kami berhenti di sebuah restaurant burger.Dia memesan tiga buah burger dan tiga buah soft drink, dua untukku dan satuuntuknya.
“Habiskan, kauharus makan yang banyak,” katanya. Tanpa ragu-ragu kumasukkan potongan burgeritu ke mulutku tapi rasa bawang bombay yang menyengat membuatkuingin memuntahkannya. Melihat gelagatku Pak Susastio kembali membentakku.