Mohon tunggu...
Jaid Brennan
Jaid Brennan Mohon Tunggu... Penulis Freelance -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelangi Pucat Pasi - Bagian 6 - Schizophrenia

27 Desember 2016   06:04 Diperbarui: 27 Desember 2016   07:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian 6 

Schizophrenia

 

Pagi itu diteras, dengan pemandangan taman yang luas. Hari menjelang siang hawa terasapanas. Pak Susastio teronggok di  salahsatu kursi di teras itu. Sosoknya, yang dulu mungkin kekar itu, kini tersandar.Wajahnya tak menunjukkan perasaan. Matanya menatap kosong ke arah taman. Iahampir tak bergerak.  Keheninganberlangsung hampir seperempat jam. Sementara aku duduk di sampingnya sepertianjing yang setia pada tuannya. Aku sendiri hanya diam tak tahu apa yang harusaku lakukan. Pak Susastio menoleh padaku, lalu menatapku tak berkedip. Dengansorot mata dingin tanpa emosi, aku jadi jengah ditatap sedemikian rupa.

Kutundukkanwajahku untuk menghindari masalah. Tiba-tiba Ia bicara.

“Kamu sudah makan?”

“Sudah, Pak,”jawabku dengan sedikit mendongakkan wajahku.

“Makannya pakaiapa?” Oh, Tuhan bukankah aku tadi makan semeja dengan dia? Apakah dia lupa?

“Hey, kalaudiajak ngomong tuh lihat ke sini”, bentaknya  sambil menunjuk sendirikedua matanya.

“Lihat matasaya”.  Aku tak berani menatapnya.Brak!!! Meja itu di gebrak. 

“Hey, lihat matasaya,” kucoba beranikan diri menatap matanya dan mengangkat mukaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun