+ Sekarang kami harus bagaimana (tanya Paiman).
- Kalian ke daerah kekuasaan Nyi Blorong yang akan di bimbing oleh. Adipati Ulun  Pananjun dengan ki Jindul, sebaiknya untuk menyingkat waktu, berangkatlah sekarang.
" Daulat (mohon ijin) Kanjeng Ratu, kami pamit mundur.
- Berangkatlah kalian bertiga, semoga Tuhan Pencipta Semesta selalu melindungi di dalam keselamatan.
Setelah berada diluar keraton , terlihatlah hamparan kabut bernuansa warna abu-abu bagaikan permadani terbentang luas tanla batas . Sesungguhnya kabut itu kumpulan titik embun, air laut yang menguap tertimpa panasnya matahari
+ Paman, kita ini berjalan di atas apa terasanya empuk sekali dan badanku tersa ringan, (tanya Ptialegawa kepada ki Jindul)Â
- Kita berjalan di atas "kabut".
+ Tetapi aku sebagai manusia  kenapa tidak jatuh, ?  Paman Jindul.
- Waaaaalaah !!!! Bagaimana kamu ini cucuku yang baik  hati . . . , badanmu yang asli mana ?
+ Lhooo ? Pakaianku jadi begini, seperti dandanan seorang kesatria dari jaman kerajaan. Â
- Baru tahu dan sadar . . Yaaah. Badanmu yang sekarang ini aspal / asli tapi palsu dan raganya di tinggal dalam perahu sedang tidur pulas seakan - akan sedang bermimpi, padahal getaran jiwamu berada di " dunia " / dimensi lain namun Ruh masih berada di tubuh mu karena jantung dan pernafasan masih hidup berjalan dengan baik. Namun jiwamu mengikuti kehidupan getaran alam bukan getaran kehidupan unsur tubuh, dengan demikian jiwamu sedang melayang (meraga sukma)