"Terimakasih" jawabku seraya mengambil permen tersebut, membuka kulitnya, lalu memasukkannya ke dalam mulut.
"Kau mau ke HongKong juga?" Tanyanya menatapku dengan tatapan datar tetapi terlihat jelas raut wajahnya yang sangat kelelahan.
"Tidak, saya hanya transit. Saya mau ke Alaska" jawabku masih dengan permen di dalam mulut.
"Oh ya. Saya kira kamu mau ke HongKong. Namaku sangihe" tukasnya sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Ali. Nama yang unik" jawabku membalas uluran tangannya.
"Terimakasih, kata ibuku ada sejarah di balik namaku yang sama dengan nama tempat di Sulawesi utara ini" katanya menatapku sambil tersenyum tipis.
"Oh ya? Kau pasti lahir di sana kan?" Jawabku sekenannya
"Ya. Tapi lebih ke perjuangan cinta ibu dan ayahku.
"Wah, inspirasi nama yang unik juga rupanya. Pasti mereka sangat menyayangimu, bahkan mungkin perjuangan cinta mereka bukan perjuangan yang biasa saja sampai -- sampai mereka mengabadikannya lewat namamu"
"Bisa dibilang seperti itu. Tapi akhirnya hanya ibuku yang berjuang, ayah menciptakan luka luar biasa untuk ibu"
"Astaga, bagaimana bisa?" tanyaku dengan wajah serius.