"Terimakasih ibu, Assalamu'alaikum" kataku lalu memutuskan telepon. Aku kembali membuka kontak lalu mengetik nomor ponsel. Terhubung.
"Assalamu'alaikum Sakinah"
"Wa'alaikumussalam"
"Aku sekarang tiba di Alaska"
"Oh ya? Jaga dirimu disana"
"Sakinah, maafkan atas seluruh kesalahan yang pernah saya perbuat kepadamu dan terimakasih sudah menjadi bagian dari hidup saya. Dan tentang perasaanmu percayalah akan ada orang yang lebih baik membalas perasaanmu"
"Saya mengerti, sudahlah. Saatnya kita memilih dan melanjutkan hidup masing - masing"
"Maaf untuk setiap pesan yang saya kirimkan padamu dan janji - janji yang tidak saya tepati"
"Tidak masalah, Ali. Kepergianmu membuat saya mengerti bahwa Allah hanya mempertemukan bukan menyatukan. Seluruhnya yang kamu lakukan kepada saya sudah saya maafkan termasuk seluruh kekecewaan yang harus saya telan mentah - mentah. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Jemariku kembali menekan nomor ponsel, kemudian terhubung.
"Assalamu'alaikum, Aliyah"
"Wa'alaikumussalam. Ali"
"Saya sudah tiba di Alaska sekarang"
"Alhamdulillah, syukurlah"
"Aliyah"
"Iya. Ada apa Ali?"
"Ada hal penting yang ingin saya bicarakan, bahkan sejak saya mengirim kabar bahwa saya sedang melakukan transit"
"Apa itu Ali?"
"Maafkan saya jika saya selama ini menyimpan sedikit rasa padamu, Aliyah. Perjalanan dari Kendari menuju Alaska ini benar - benar memberi pelajaran untuk saya agar berkata jujur tanpa menyikiti pihak lain. Dan yang terpenting mencintai tanpa melibatkan kemunafikan"
"Ali, seperti apapun perasaanmu kepada saya, saya terima dan sejauh apapun kau melangkah saya akan menunggu sebab saya selalu yakin kau akan kembali kepada saya"
"Terimakasih untuk pengertianmu Aliyah. Saya berjanji akan kembali kepadamu setelah saya menyelesaikan studi di sini"
"Saya percaya itu. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" jawabku menutup telepon.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H