Mohon tunggu...
Cerpen

Perjalanan Dari Kendari Menuju Alaska

14 Desember 2017   21:19 Diperbarui: 14 Desember 2017   21:30 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Saya akan menuju Tokyo, lebih tepatnya mengasingkan diri ke Tokyo" jawabnya dengan raut wajah yang cepat sekali berubah.

"Oh maafkan saya jika perkataan saya menyinggung perasaanmu" sergahku lalu memperbaiki posisi duduk.

"Oh tidak mengapa. Saya sama sekali tidak tersinggung" jawabnya datar. "saya hanya berusaha berdamai dengan keadaan" katanya lagi dengan tatapan kosong.

"Kita belum kenalan, Sarah" lanjutnya sambil mentapku lalu tersenyum manis khas perempuan Jepang keturunan Indonesia.

"Ali, salam kenal" jawabku menyalaminya.

"salam kenal, Ali" katanya mengulurkan tangan menyalamiku.

Cukup lama hening menyelimuti pembicaraan kami hingga ia akhirnya bersuara, menyingkirkan keheningan diantara kami. "Ali, kau pernah jatuh cinta pada seseorang hanya dengan membaca tulisannya melalui pesan singkat? Aneh ya? Tapi berawal dari itu hingga saya memutuskan mengasingkan diri ke Tokyo, tanah kelahiran saya" katanya dengan mata yang mulai berkaca - kaca.

"Sarah, apa yang terjadi? Tenangkan dirimu" tukasku sesaat setelah melihat matanya yang berkaca -- kaca mulai mengeluarkan air yang jatuh di pipinya.

"Berawal dari hanya sekedar pesan singkat yang isinya menanyakan dimana saya meletakkan kunci ruang administrasi di kantor saya, tak ada niat, hasrat apalagi rasa yang tidak bisa saya jelaskan hingga menyebabkan hati saya cedera berat. Hingga kami semakin dekat dan entah sejak kapan saya semakin jatuh cinta pada setiap tulisannya yang dikirim melalui pesan singkat. Apakah itu salah? saya yang salah sebab membuka peluang untuknya hingga membuat saya jatuh semakin dalam sampai saya tidak sanggup berdiri. Semakin hari hubungan kami semakin dekat bahkan bisa dibilang sudah tidak ada sekat pembatas di antara hubungan kami. Saya selalu memendam kepastian kepadanya dan bodohnya, sayapun selalu meyakinkan diri saya bahwa selangkah lagi kami akan hidup bersama dalam ikatan yang sah. Setiap hari setiap saya teringat dan ingin menanyakan kepastian padanya, hingga suatu saat bendahara kantor kami berhenti bekerja setelah melahirkan anak pertamanya yang digantikan oleh seorang perempuan berdarah Bugis - Jerman. Awalnya saya masih menjalani hubungan kami seperti ini tanpa ada kecurigaan meski beberapa kali saya melihat pembicaraan mereka melalui pesan singkat di ponsel pria yang sedang dekat dengan saya, saya tidak pernah secuilpun menaruh rasa curiga padanya sebab rasa sayang yang terlalu dalam kepadanya terlebih lagi keyakinan bahwa dia akan menikahi saya secepatnya. Tetapi semakin hari sayapun merasa ada yang mengganjal dari setiap pesan yang dia kirim kepada saya, seperti saya merasa bahwa pesan yang dia kirim rasanya tidak sama seperti pesan - pesan sebelumnya yang membuat saya jatuh cinta, saya membantah itu dan berfikir bahwa itu hanya perasaan saya belaka hingga saya tersadarkan oleh rekan - rekan kantor bahwa sejak datangnya bendahara baru itu, dia sudah tidak sama lagi. Harapan yang saya bangun, do'a yang tiada henti saya panjatkan untuk kebahagiaannya, sudah tiada artinya lagi. Dia memutuskan pergi bersama bendahara baru itu meninggalkan saya dengan seluruh harapan yang dia berikan kepada saya" katanya dengan air mata yang perlahan semakin banyak membasahi pipinya.

"Jadi itu yang membuatmu akhirnya mengasingkan diri ke Tokyo?" Tanyaku memperbaiki posisi duduk.

"Bukan, bukan itu. Jika keputusannya adalah pergi dari saya tanpa kembali, saya ikhlas apapun yang terjadi termasuk pergi dengan seribu satu luka yang benar - benar membekas dan nyaris menciptakan mati. Yang membuat saya memutuskan mengasingkan diri ke Tokyo karena setelah dia menyadari kesalahannya selain meninggalkan sekaligus menyakiti saya, adalah karena dia menyadari bahwa dia telah mencintai orang yang salah, mencintai orang yang sebenarnya tidak mencintai dia, memberikan dan rela meninggalkan saya demi perempuan yang bahkan berani membalas perasaan lelaki lain di hadapannya, dia datang kepada saya meminta saya kembali kepadanya. Memulai hidup baru yang penuh damai, saya berani menolaknya. Tetapi dia terus - menerus Mengejar saya kemanapun saya pergi, hingga akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan Hongkong menuju Tokyo, tempat kelahiran saya. Saya ingin mengasingkan diri disana, memulai hidup baru yang lebih baik tanpa bayang - bayang orang yang jahat seperti dia" katanya lalu menghapus air mata yang terjatuh di pipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun