"Hai Aliyah, posisiku saat ini di Bandara Haneda, Tokyo. Maaf baru bisa mengabarimu" tulisku Lalu mengirimnya pada Aliyah.
"Oh ya? Syukurlah. Berapa jam transit?"
"Lumayan, enam jam. Pukul dua siang baru berangkat lagi"
"Gunakan waktu transit untuk istirahat"
"Iya Aliyah, terimakasih. Salam untuk teman - teman di Indonesia"
"Pasti. Akan aku sampaikan, selamat beristirahat."
Pukul dua belas waktu Tokyo, waktu dzuhur memasuki wilayah Tokyo dan sekitarnya, bergegas aku menyusuri Bandara mencari sekiranya terdapat Mushalla disini.
"Excuse me Sir, do you know, where the prayer room here?" Tanyaku pada salah satu petugas Bandara.
"Oh ya i know. The prayer room at International Passenger Terminal, 3F Departure Lobby" jawabnya dengan logat khas pria Jepang.
"Thank you" jawabku lalu bergegas menuju 3F Departure Lobby dan dengan cepat menemukan Mushalla yang berukuran tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, mengambil air wudhu, lalu mendirikan sholat. Pukul satu siang tepat setelah aku selesai menunaikan sholat dzuhur dan memutuskan menunggu disini sebelum melakukan penerbangan selanjutnya.
Pukul satu lewat empat puluh lima menit aku sudah berada di ruang tunggu penerbangan International setelah menghabiskan sisa waktu di kota Tokyo, minimal menginjakkan kaki di Bandaranya. Tepat lima belas menit kemudian, petugas Bandara mengumumkan melalui pengeras suara agar penumpang tujuan Tokyo - Russia segera bersiap - siap menuju pesawat. "Bismillah untuk perjalanan selanjutnya" sergahku lalu memperbaiki posisi duduk di dalam pesawat. Setelah petugas memastikan seluruh penumpang sudah duduk, pesawat akhirnya lepas landas meninggalkan Bandara Haneda menuju Bandara International Sheremetyevo, Rusia, tiga jam perjalanan.
***
"Excuse me, Sir. Wher are you from?" Sapa seorang penumpang di sebelahku.
"I'm from Indonesia, you?" Tanyaku sembari memamerkan senyum ramah.
"Orang Indonesia juga. Saya kira Vietnam loh" katanya lalu tertawa lepas sampai - sampai penumpang yang berada di sebelah, di depan, dan dibelakang kami memandang datar ke arah kami. "Sudah rindu sekali soalnya sama bahasa sendiri. Namaku Silvana" katanya lagi lalu mengulurkan tangan menyalamiku.