Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Uban Om Ardi

21 Januari 2017   15:18 Diperbarui: 21 Januari 2017   15:24 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dimana? Aku gak lihat tadi." Aku terpontal-pontal di belakang tante Emi yang berjalan bagai atlet cabang atletik divisi jalan cepat.

"Ah, dasar mata minus kurang di urus. Tadi di sebelah kiri kamu ada rumah yang bagian pinggirnya berkelambu terpal kan?"

"Aha."

"Itu istalnya, kandang ayamnya ya yang diatas got itu, yang bentuknya kotak-kotak, kayak kemeja favorit kamu itu." Tante Emi meliriku dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Waduh." Aku menepuk jidatku sendiri. "Tante, nanti lewat situ lagi ya, aku kok jadi penasaran."

"Hmm, suka ya sama wewangian aroma terapi yang satu itu?"

Aku merengut.

***

Kaki ku terasa sangat pegal setelah seharian ini berjalan pulang pergi ke pasar dilanjutkan dengan menagih uang iuran bulanan ke beberapa rumah warga yang belum tertagih bersama tante Emi.

"Gimana Put, safari hari ini menyenangkan kan? Memangnya hanya pak Harmoko aja yang punya acara safari nan kondang itu. Tante juga punya lah." Tante Emi tersenyum.

"Menyenangkan sih tapi sedikit membuat bulu kuduk ku berdiri tante."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun