"Dimana? Aku gak lihat tadi." Aku terpontal-pontal di belakang tante Emi yang berjalan bagai atlet cabang atletik divisi jalan cepat.
"Ah, dasar mata minus kurang di urus. Tadi di sebelah kiri kamu ada rumah yang bagian pinggirnya berkelambu terpal kan?"
"Aha."
"Itu istalnya, kandang ayamnya ya yang diatas got itu, yang bentuknya kotak-kotak, kayak kemeja favorit kamu itu." Tante Emi meliriku dengan senyum tersungging di bibirnya.
"Waduh." Aku menepuk jidatku sendiri. "Tante, nanti lewat situ lagi ya, aku kok jadi penasaran."
"Hmm, suka ya sama wewangian aroma terapi yang satu itu?"
Aku merengut.
***
Kaki ku terasa sangat pegal setelah seharian ini berjalan pulang pergi ke pasar dilanjutkan dengan menagih uang iuran bulanan ke beberapa rumah warga yang belum tertagih bersama tante Emi.
"Gimana Put, safari hari ini menyenangkan kan? Memangnya hanya pak Harmoko aja yang punya acara safari nan kondang itu. Tante juga punya lah." Tante Emi tersenyum.
"Menyenangkan sih tapi sedikit membuat bulu kuduk ku berdiri tante."