Tak terpikirkan, sinar redup itu pun seketika menghilang tanpa meninggalkan jejak. Tu Aji Mangku lantas kembali melanjutkan perjalanan. Pulang menuju jeronya (rumahnya) ke desa Wukirsari.
Wukirsari sebuah desa yang damai. Pepohonan tumbuh menghijau sungguh sedap dipandang mata. Memberi rasa adem kepada semua penghuninya.
Di desa inilah Tu Aji Mangku kesehariannya menjalani titah yang digariskan leluhurnya sebagai balian usada(dukun). Desa yang agak jauh dari hiruk-pikuk keramaian ibukota. Namun rumah-rumah penduduk cukup padat  dan tertata asri.
Peristiwa yang sempat dialaminya dini hari tadi, beliau pun tidak lupa memanjatkan puji syukur kehadapan Hyang Widhi /Tuhan Mahakuasa. Karena berkat ridhonyalah, keadaan dapat diatasinya dengan tenang. Berkat keteguhan beliau memegang amanat leluhurnya. Beliau menolong orang sakit tanpa pamerih, dan memegang prinsip tetap menjalin hubungan  menyama braya (silaturrahmi). Tanpa disadari sepanjang perjalanan, pada akhirnya Tu Aji Mangku tiba dengan selamat di jeronya(rumah), berkumpul bersama istri dan sanak keluarga tercinta.Selesai.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H