Mohon tunggu...
I MadeSuardika
I MadeSuardika Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri di Hari Kajeng Kliwon

25 Januari 2022   20:11 Diperbarui: 25 Januari 2022   20:14 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sembari membetulkan ikat pinggangnya, beliau beranjak dari tempat duduknya, kemudian menuju kamar suci untuk mengambil sesuatu.

Begitu beliau keluar dan berkata," Bapane, tolong bawain keben ini, Bapa!" 

Tu Aji Mangku menyerahkan keben kecil itu, kemudian Aku dan Kakek mengikuti Tu Aji Mangku, menuruni anak tangga  bangunan Gedongrata yang megah. Berukir berlapiskan perade gede. Sungguh tampak anggun.

Memegang sebuah tongkat berhiaskan kepala naga. Serta lidah api menjulur dari mulutnya. Tu Aji Mangku dengan langkah pasti menuju Mrajannya.

Juga Kakek dan Aku menyertainya. Berdoa di depan Pajenengan Taksu beliau. Mrajan yang juga dihiasi ukiran bali. Selesai beliau berdoa. Tak lupa aku mohon pamit pada Tu Biyang, istri Tu Aji Mangku dan keluarga lainnya. Mengantar Tu Aji Mangku untuk menuju pondokku.

Seikat perakpak ( obor ) dari daun kelapa kering, dinyalain Kakek, pun sebuah senter untuk penerang jalanku bertiga dikegelapan malam. Kepergianku sekarang bertiga. Kembali pulang kepondok bersama Tu Aji Mangku. Melewati jalan setapak,yang tadinya telah kulintasi. Langkah kakiku kali ini lebih ringan.

Tu Aji Mangku jalan di depanku, sedang Aku berada ditengah. Tak ketinggalan kakek membututi di belakangku. Aku merasa lebih PD malam ini. Sepanjang perjalanan, Aku sembari bercakap-cakap sama Kakek. Untuk menghalau rasa ngantukku.

Tetiba, kudengar lolongan anjing malam di kejauhan. Kakek pun berusaha menghibur rasa takutku. Suasana malam ini kurasakan mengerikan. Namun rasa takutku terasa hilang. Karena Aku bersama Tu Aji Mangku.

Malam pun semakin larut. Suasana kampung yang gelap. Tanpa penerangan listrik. Hal ini tak menyurutkan niat Kakek dan Aku. Agar sesegera tiba, menemui keluarga yang mungkin was-was, kelamaan menunggu kedatanganku di pondok.

Tak seberapa lama perjalananku bertiga. Tu Aji Mangku, Aku dan Kakek tiba di pemondokanku. Paman dan Bibi menyambut kedatanganku bertiga dengan rasa lega. Bibi menyilahkan Tu Aji Mangku untuk rehat sebentar. Beliau duduk dekat kakek.

Bibi pun segera ke dapur nyiapin hidangan kopi hangat beserta penganan ala kadarnya. Tak berapa lama Bibi telah siap membawakan kopi, untuk menyambut tamunya tak lain Tu Aji Mangku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun