Mohon tunggu...
I MadeSuardika
I MadeSuardika Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri di Hari Kajeng Kliwon

25 Januari 2022   20:11 Diperbarui: 25 Januari 2022   20:14 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Plak.. plak!" 

Suara alas kaki Tu Aji Mangku menuruni anak tangga pondokku dengan pelan.Tak ketinggalan sebuah tongkat berhiaskan kepala naga ditangannya. Kemudian Tu Aji Mangku pun pergi meninggalkan pondokku. Semakin menjauh suara itu tak kedengaran lagi dengan jelas. Begitu pula bayangan beliau segera lenyap ditelan gelapnya malam.

Pondokku kembali sepi dari senda gurau Tu Aji Mangku yang suka nyeleneh itu. Pesannya selalu terngiang ditelingaku.Kakek pun segera beranjak dari tempat duduknya. Kembali  menemui cucunya di kamar lagi sedang tidur lelap. Hati kakek sungguh lega.

"Oh,Hyang Widhi/Ya.., Tuhan, hamba bersyukur atas kemurahan-MU"

Sambil berbisik, kami pun sekeluarga menuju kamar tidur masing-masing, karena hari sudah larut malam.

Diceritakan perjalanan Tu Aji Mangku pulang ke jeronya(rumah) ke desa Wukirsari. Beliau seorang diri tanpa ada yang menemani.   Tu Aji Mangku memang sudah terbiasa sebagai balian usada (dukun) pulang-pergi di malam hari. Melayani orang yang kena musibah.  Sebagai balian usada beliau pun siap menerima panggilan pasien yang memerlukan pengobatan.

Kewajiban sebagai balian usada dijalaninya sudah hampir 35 tahun. Sejak diwinten (disucikan) di jeronya sendiri, desa Wukirsari. Sambil mengunyah-ngunyah sirih, beliau menapaki jalan setapak yang tadinya beliau lintasi bertiga. Ketika menuju pondok Pak Pageh di dusun Manggisari.

Ketika  perjalanan Tu Aji mendekati setra (kuburan) wilayah desa Wukirsari. Beliau dikejutkan oleh sinar berkelebat di tengah jalan, rasanya kurang lebih tujuh ratus langkah  dari tempat beliau berdiri. Sinar redup berkelebatan sebegitu lincahnya. Menghadang di tengah jalan. Kadang bertengger di ranting pohon randu tua yang lebat ditumbuhi semak belukar.  Terkadang lagi melayang di atas tumbuhan perdu yang rimbun.

Lolongan anjing malam pun terdengar dikejauhan seperti srigala kelaparan. Tak henti-hentinya. Suasana sungguh mencekam. Angin dingin mendesir, membikin bulu kuduk merinding.

Tetiba beliau dikejutkan lagi oleh sinar putih berkelebat dari atas pohon pinang, seperti kain melambai-lambai.  Tu Aji Mangku pun mendekat.Ternyata ....! Sebatang daun pinang kering jatuh, terkelupas dari pohonnya, diterpa sinar rembulan. Suasana malam terasa  mencekam.

"Be...bedebah ...!" bisik Tu Aji Mangku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun