Lugas, tegas tanpa basa-basi, dan aku selalu suka gayanya yang EXTRIME SELF CONFIDENT. Mungkin karena pemilik grup ini berkocek tebal. Tapi, sesungguhnya bukan itu yang bikin aku rusuh dengan rasa tertarik padanya, melainkan sifatnya yang dingin juga penuh perhatian, membuatku penasaran.
"Bang Izal mau kemana?" Erin bertanya.
"Traktir kalianlah. Biasa ... pizza apa gorengan, nih?"
"Gurame bakar aja, Bang!" sahut Yani.
"Ok aku siapin."
"Yess!!" jawab anak-anak serentak.
Semua gadis basket pasti akan terpukau dengan sikapnya. Bagaimana tidak? 'Tak pernah tampak ia merayu siapapun, meski banyak yang bersikap manja dan cari perhatian di depannya.
Sedang aku? Aah, aku cuma ilalang. Tumbuhku serupa tak nampak meski memberi kehijauan bagai karpet di sepanjang saujana perbukitan. Tak pantas buatku berharap lebih dari sekadar teman.
Bisa masuk team JAK MOVE ON saja, buatku sudah merupakan kehormatan. Selebihnya aku bisa menjalin silaturahmi dengan orang lain, selain lingkunganku yang tertutup. Seputar buku dan bola.
"Tar ikut ngumpul kan, di base camp?" tanya Bang Rizal.
"Insya Allah, Bang. Kalo gak sibuk ya," jawabku sembari mengeringkan keringat dengan handuk.