Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pembelajaran Bahasa Inggris Zaman Doeloe versus Sekarang, Bagus Mana?

27 Juni 2024   20:26 Diperbarui: 27 Juni 2024   20:34 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bahasa Inggris(SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Budaya membaca dan menulis di Indonesia memang masih rendah. Hal ini berdampak dalam segala sektor, terutama di sektor pendidikan. Namun, garda terdepan dalam bidang pendidikan adalah para pendidik, guru, yang seharusnya mengerti bahwa pusat dari pembelajaran adalah peserta didik, bukan pendidik.

Student-centered, bukan Teacher-centered.

Itulah yang harus menjadi fokus, yaitu keberhasilan peserta didik sebelum, selama, dan setelah proses belajar mengajar. Bukan kesuksesan guru dalam menuntaskan mengajar materi pelajaran.

Hitam di atas putih yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kiranya benar-benar menggambarkan tindakan-tindakan pendidikan untuk " membisakan" peserta didik dalam rangka menguasai bahasa Inggris. Semoga "membisukan" murid dalam proses belajar mengajar tidak terjadi dalam kenyataan.

3. Proses dan hasil sama pentingnya

Terkadang saya mencermati pola pikir kebanyakan warga +62 yang dari masa ke masa hanya melihat kesuksesan pesohor atau pengusaha, namun tidak menelusuri proses jatuh bangun yang dialami.

Tidak ada jalan instan untuk meraih keberhasilan.

Sayangnya, di Indonesia, melihat angka-angka grafik yang menaik dalam bidang pendidikan, seakan menyimpulkan pelaksanaan kurikulum dari hulu ke hilir berhasil secara paripurna, tanpa cacat cela.

Padahal tidak sesempurna yang dilihat. Carut marut masih terjadi. Angka atau persentase "baik" tidak berarti jika proses pelaksanaan masih "berlubang" di sana-sini.

Yah, rupanya spirit Ujian Nasional selama bertahun-tahun pelaksanaan masih belum pudar. Mengagungkan hasil, tapi mengabaikan proses.

Bukan proses mengajar yang menjadi perhatian guru, tapi malah pendidik harus berkutat dengan platform yang justru lebih menyusahkan, melelahkan, dan menyita waktu di luar jam mengajar.

Saya mendengar dari seorang teman, H, guru bahasa Inggris di sebuah SMA Negeri di Samarinda. Dia mengeluh tentang lelahnya kewajiban pendidik zaman now dalam menghadapi platform yang tidak mengerti capeknya manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun