Penerapan empat kecakapan berbahasa Inggris dalam proses belajar mengajar sangatlah jomplang dalam persentase.
Dalam berbagai buku pelajaran bahasa Inggris, memang terlihat nyata pembagian empat keterampilan berbahasa Inggris yaitu Listening Comprehension, Speaking Ability, Reading Comprehension, dan Writing Ability. Empat kecakapan ini ada di buku-buku pelajaran bahasa Inggris untuk jenjang SMP dan SMA/SMK.
Sayangnya, diantara empat kecakapan, porsi persentase terbesar jatuh pada Reading Comprehension. Mungkin dalam satu semester, porsi 70-80 persen tersita untuk Pemahaman Membaca. Sisa 20-30 persen  untuk Listening Comprehension, Speaking Ability, dan (syukur-syukur) Writing Ability.
Kenyataan minimnya penerapan empat kecakapan secara utuh dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris semakin menunjukkan kalau kebanyakan warga +62 terlalu "berlebihan" dalam perencanaan, namun sangat "berkekurangan" dalam pelaksanaan.
2. Penggunaan sarana penunjang hanya terbatas pada pemaparan materi pelajaran
Bertahun-tahun berkutat dengan papan tulis putih dan spidol hitam untuk mengajar mungkin yang menyebabkan kebanyakan pendidik belum bisa move on dalam menyampaikan materi pelajaran secara satu arah.
Memindahkan peran papan tulis ke LCD Projector atau TV layar datar. Sayangnya, peran canggih teknologi tetap terbatas pada tulisan di layar. Padahal, banyak sekali yang bisa dilakukan oleh guru dalam menggunakan sarana penunjang atau media pengajaran bahasa.
Misalnya, guru menayangkan sebuah film berbahasa Inggris. Peserta didik menonton film dengan saksama dan mencatat beberapa poin yang menarik dari film tersebut.
Setelah film usai, guru bisa meminta peserta didik untuk menceritakan kembali secara lisan tentang film tersebut atau pendapat pribadi mengenai alur cerita dan nilai moral. Dalam hal ini, kemampuan berbicara (Speaking Ability) mendapat tempat dalam proses belajar mengajar.
Guru dapat pula mengarahkan peserta didik untuk menulis esai tentang film yang sudah ditonton. Sisi Writing Ability mendapat perhatian.
3. Guru hanya memberikan tugas tertulis dan lebih "melepaskan" murid untuk mencari tahu sendiri jawaban pertanyaan lewat internet
Internet bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, internet bermanfaat di dalam setiap segi kehidupan manusia. Mulai dari telekomunikasi, informasi, sampai soal" menghibur" insan dilakoni oleh internet lewat gawai.
Di sisi lain, "membanjirnya" informasi di internet membuat kemudahan dalam mencari solusi atas masalah yang terjadi dan kebanyakan (atau cuma segelintir orang) memercayai informasi-informasi tersebut sebagai kebenaran yang absolut.