"Tidak perlu ribet, Ji."
Saya heran dengan "tidak perlu ribet". Saya pernah bekerja dengan suatu jabatan dan struktur organisasinya di proyek pembangunan perumahan. Salah satu tanggung jawab saya berkaitan dengan penagihan. Jelas ada berkas-berkas penyertanya.
Di samping itu, Sarwan juga menceritakan tentang tim kerja kami. Bu Lia berumur sekitar enam puluh tahun, bekerja sebagai perekrut tenaga kerja, dan penghubung dengan warga sekitar lokasi.
Perkenalan Sarwan-Bu Lia dimulai di sekitar rumah Sarwan. Ketika itu Bu Lia sedang menggarap sebuah proyek di lingkungan perumahan Sarwan. Perkenalan diteruskan dengan berkunjung ke rumah Bu Lia, dan mengajak Bu Lia bergabung dalam pekerjaan untuk Pak Demun.
"Aku sudah dianggap anak sendiri oleh Bu Lia, Ji," ungkap Sarwan.
Lainnya ialah Pak Odang dan Degul. Pak Odang berumur sekitar enam puluh lima tahun, bekerja sebagai perencana nsekaligus pengawas Cut and Fill. Degul berumur sekitar dua puluh lima tahun, anaknya Pak Odang, dan membantu Pak Odang dalam pengukuran.
Tengah hari sudah berlalu. Obrolan masih panjang. Saya dipersilakan menyeduh kopi sendiri di dapur yang langsung terhubung dengan ruang keluarga.
"Sore nanti kita ke lokasi, Ji."
"Oh, iya, dong," sahut saya sembari beranjak ke dapur.
Dapur yang lengkap perabotannya. Kitchen set, begitulah istilahnya. Kompos gas bermata dua tertanam di meja beton. Gelas dan cangkir berada di dekat kitchen zink.
"Masak pakai pemanas listrik, Ji. Kompor gas kehabisan gas, belum kuisi lagi."