Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kembali ke Barat

6 Januari 2020   17:19 Diperbarui: 6 Januari 2020   17:27 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu melamun selesai ketika beberapa penumpang sudah bangkit, mengambil aneka bawaan di kabin, dan berjalan di lorong ruangan. Penumpang di sebelah saya sudah bersiap untuk meninggalkan kursinya. Saya melepaskan sabuk pengaman.

***

Sekeluar dari pintu pesawat, yang terbentang di hadapan saya seolah sebuah lokasi pekerjaan. Ya, di media sosial saya melihat dokumentasi pekerjaan Sarwan, yaitu kondisi sebuah lokasi, pekerjaan, alat berat, dan seterusnya.

Bola sudah kujemput, siap untuk mensmes-nya, gumam saya sewaktu menuruni tangga pesawat.

Perjalanan selanjutnya adalah menuju rumah Sarwan di pinggir Megapolitan. Kepada bagian informasi bandara, saya pun menanyakan perihal angkutan khusus bandara yang berjurusan ke daerah rumahnya Sarwan.

Saya beralih ke sebuah ruangan kaca untuk membeli tiket angkutan bandara. Harganya Rp55.000,00.

Tidak ada yang sulit, karena saya cukup sering melakukan perjalanan semacam ini. Untuk perjalanan ini, saya pernah mengalaminya sekitar sepuluh tahun silam. Hanya saja, dulu saya masih bujang, dan semangat merantau begitu bergelora.

Dan tidak perlu berlama-lama, angkutan berupa bus ber-AC sudah tiba. Saya pun beranjak, masuk, dan mengambil posisi dalam bus. Semua terjadi dengan teratur. Memang menyenangkan sekali.

Sudah dalam angkutan bandara menuju rumah Sarwan. Begitu kabar yang langsung saya kirimkan pada istri saya.

Dalam perjalanan dengan bus khusus itu saya mencoba hal yang baru, yaitu membuka petunjuk lokasi atau posisi keberadaan saya dan alamat rumah Sarwan. Perlahan-lahan tanda bulat bergerak mendekati sebuah perumahan.

Saya tersenyum dan sedikit malu pada diri sendiri. Saya merasa benar-benar manusia primitif, kendati tinggal di kota cukup besar dan perkembangan zaman yang pesat melalui kemajuan teknologi mutakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun