Perihal dunia gaib atau supranatural, saya sama sekali tidak pernah melihatnya. Jangankan melihat, merasakannya dengan bulu kuduk atau merinding pun saya tidak bisa. Akan tetapi, saya percaya bahwa "dunia lain" itu ada, bahkan nyata di balik kemampuan mata jasmani.
Di lokasi proyek calon perumahan yang sedang kami kerjakan ini juga terdapat "dunia lain"yang sama sekali tidak ingin saya pikirkan. Mau seperti apa kek, suka-suka "dunia lain" saja-lah. Peristiwa yang paling awal saya dengar, ya, robohnya Pak Demun selepas membuang hajat di sebatang jati pada suatu siang.
"Di situ memang rawan, Mas Oji," kata Pak Odang ketika saya dan Bu Lia ikut menyaksikan pekerjaan potong dan timbun (Cut and Fill) di Blok E menggunakan excavator yang dioperasionalkan oleh Handoko.
"Tapi di sini kita tidak perlu cerita deh. Kita sedang bekerja, bukannya duduk santai di teras kontrakan Bu Lia sambil minum kopi," potong Pak Odang yang tiba-tiba menoleh ke arah saya dan Bu Lia.
"Ha-ha-ha!" Saya tertawa.
Ya, mau bekerja atau mau bercerita misteri, nih? Ada-ada saja rekan-rekan saya ini.
"Sampai jam berapa nanti, Pak?" Bu Lia bertanya sambil bangkit.
"Tambah waktu sampai sebelum magrib," jawab Pak Odang yang sudah menghadap ke excavator.
***
November menurunkan hujan awal musimnya ke lokasi proyek. Saya berniat tidur di dekat proyek ketika suatu sore terjadi hujan lebat disertai halilintar yang gencar mencecar sekitar lokasi.
Di samping itu, tadi siang sepuluh pekerja baru sudah sampai di lokasi, dan beristirahat di bedeng proyek. Kemarin sore mereka datang dari kampung yang jauh sekali. Beberapa hari sebelumnya kepala pekerja datang atas ajakan Bu Lia. Keduanya langsung meninjau lokasi, bernegosiasi, dan beres.