Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menguburkan Anjing

14 Mei 2017   16:40 Diperbarui: 14 Mei 2017   16:49 4858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Maaf, tidak perlu, Pak. Di luar saja. Sebentar saja. Bisa minta waktu Bapak?”

“O, bisa. Ada apa, ya?”

Saya bergegas untuk melayani permintaan Bapak-bapak itu. Saya tidak berpikir soal ketelanjangan bagian atas badan saya. Saya buka pintu gerbang, lalu bergabung dengan mereka.

“Apakah Bapak hendak menguburkan mayat anjing Bapak itu?”

“Iya.”

“Di mana, Pak?”

“Di situ,” jawab saya seraya melongok dari pintu pagar lalu menunjuk liang lahat yang belum selesai saya gali.

“Maaf, ya, Pak,” ujar si pemuda, “mayat seekor anjing tidak pantas dikuburkan di daerah kita.”

Saya terkejut. Lho, tidak pantas? Apa-apaan ini?

“Hanya manusia yang boleh dikuburkan,” timpal seorang bapak. “Manusia dari tanah akan kembali ke tanah. Berbeda dengan anjing. Anjing adalah salah satu hewan terkutuk, Pak. Kalau bangkai anjing dikuburkan, sama saja dengan memanusiakan anjing yang terkutuk.”

Aduh, aduh, apa lagi ini, sih, batin saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun