Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menguburkan Anjing

14 Mei 2017   16:40 Diperbarui: 14 Mei 2017   16:49 4858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara televisi saya kecilkan karena si sulung sedang belajar di kamarnya, dan si bungsu–yang tadi pagi sampai siang puas bermain dengan kawan sebayanya–sudah pulas di ranjangnya.

Saya berusaha untuk tertawa karena siaran komedi sedang lucu-lucunya. Tetapi gagal sebab ada kebimbangan untuk menanggapi kelucuan pada saat situasi sedang tidak lucu sama sekali. Kondisi ini justru semakin menyiksa perasaan saya. Pikiran pun jadi gamang.

Jam dinding di atas televisi menunjukkan pukul 19.15.

“Siap semua santapannya nih.”

“Oke nih!” Saya pun bangkit dari kursi. Tapi saya bergerak ke arah depan, hendak mengintip mereka dari balik gorden. Sedikit rasa jengkel menghasut pikiran saya. Saya mulai tidak sabar. “Tapi sebentar. Ngintip mereka dulu.”

Saya tidak suka makan malam dalam situasi mengambang begitu. kalau memang persoalan kelar, saya ingin segera mengetahui solusi terbaiknya demi hubungan bertetangga.

Saya berjalan memasuki ruang tamu. Dengan agak merapat dinding saya berusaha mendekati jendela depan dengan kembali memasang pendengaran saya semaksimal mungkin.

Tidak ada suara siapa-siapa yang bisa sampai di radius pendengaran saya. Hanya suara televisi yang sedang menayangkan sebuah drama.

Sampai di sisi kanan gorden, saya menguak sedikit. Pantulan lampu beranda yang sampai pada aspal jalan depan rumah sama sekali tidak menampakkan keberadaan tiga pria tadi. Kuakan tepi gorden agak saya lebarkan. Penglihatan saya tambah dayanya.

Lho, mana, gumam saya.

Saya beralih tempat, bergerak ke arah pintu depan. Perlahan-lahan saya buka pintu itu untuk memastikan situasi. Kalau mereka masih ada, ya, tinggal minta hasil keputusannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun