Tetapi, saat sudah pulang Bunda tetap melakukan Kontrol ke dokter di PON, ke banyak dokter, dokter Infeksi Saraf, dokter Paru, dokter Bedah Plastik(karena ada luka di bokong), saat kondisi sudah sangat menurun (menurut kami) Papah bertanya kepada salah satu dokter tersebut "Apakah kondisi seperti ini tidak seharusnya dirawat saja?" dokter berkata "ah gak usah, paling ini ngorok cuma karena banyak riyak, ada alat uap kan di rumah?Â
Di uap aja Pak sehari 2-3x" ya, karena dokter berkata seperti itu kami ikuti kata dokter, dan ketika situasi dan kondisinya menurut aku dan Papah keadaan Bunda sekarang sudah harus dibawa ke RS, ya setelah hampir 3minggu dirumah akhirnya kami berdua memutuskan untuk membawa Bunda ke RS Polri tepat tanggal 04 November 2018, dua hari setelah Ulang Tahun Bunda, jam 10.00PM kami berangkat dari rumah karena kami takut di IGD pasti tidak langsung dibawa ke kamar perawatan, dan pasti Bunda masuk ke IGD yang tidak boleh ada orang luar masuk, ruang tersebut berlebel Restorasi IGD.Â
Kami takut di IGD tidak dikasih makan hingga pagi, jadi jam makan terakhir Bunda adalah jam 10 malam, dan ya langsung kami bawa. Yap, dugaan kami benar, Bunda masuk ke ruangan berlebel Restorasi tersebut, dan esok harinya (Hari Senin) Bunda dipindahkan ke ICU.
Awal mendapat kabar bahwa Bunda harus masuk ICU aku merasa biasa saja tidak ada feeling yang aneh-aneh, karena aku sudah sering melihat Bunda keluar masuk ICU selama hampir dua tahun ini. entah kenapa saat itu aku benar - benar ingin berfikir positif terus, Papah ngomel - ngomel soal dokter tapi aku tetap berfikir positif.Â
Dan di hari selasanya, aku mendapat kabar bahwa Bunda harus dipasang alat bantu pernafasan (Ventilator), karena saat dilihat di monitor kadar oksigennya menurun sehingga harus dibantu alat, awalnya saat mendengar itu aku lemas, tapi kembali aku tetap berfikir positif, yang ada difikiranku saat ituÂ
"ah, dulu juga Bunda pernah kok pake ventilator, cuma sehari doang abis itu udah boleh keluar ICU", keesokan harinya di sore hari, Papah mendapatkan kabar buruk dari dokter, intinya dokter berkata di kepala Bunda saat di cek masih banyak cairan, dan harus di operasi, tapi harus tunggu kondisi Bunda stabil(sadar dari cooma), namun keadaan yang terjadi adalah kondisi Bunda saat itu sedang sangat tidak stabil, elektrolitnya sangat turun, tapi dokter berkata masih akan tetap terus berusaha kami beranggapan bahwa masih ada kesempatan untuk dapat lebih membaik, selagi dokter berusaha kami sekeluarga juga terus bantu mendoakan tiada henti.Â
Papah seperti biasa setiap malam pulang kerumah jika Almarhumah di rawat, dan aku yang menunggu di rumah sakit. Namun apa daya, manusia hanya bisa berencana, berusaha, dan berdoa, Tapi Allah SWT lah yang berkehendak.
Fikirku, ya daripada tidak sama sekali. Setelah itu aku langsung bergegas mandi dan sholat Isya, pas sekali saat aku kembali ke ruang tunggu keluarga, kurang lebih pukul 20.50 WIB keluarga mendapat panggilan untuk keruang ICU, dan ternyata kondisi Bunda sangat menurun dan tepat pukul 21.03 dokter menyatakan bahwa Bunda telah tiada.Â
Kami sekeluarga tidak mengira peristiwa tersebut akan secepat itu. dan ternyata benar Bunda hanya sehari saja pasang ventilator, juga habis itu boleh keluar dari ICU, tapi Bunda besoknya pindah ke ruang jenazah, bukan lagi di ruang ICU.