Setelah Bunda meninggal, awalnyaku merasa sedih, benar-benar tidak semangat untuk melakukan sesuatu, hanya ingin pergi kemakam terus. Masih merasa tidak puas merawat Bunda kemarin, masih merasa belum cukup berbakti, belum sempat membahagiakan Orang Tua, terlebih Bunda. Andai Githa masih diberi kesempatan untuk merawat Bunda seperti kemarin... Ini tidak seperti yang ku inginkan, tetapi Allah SWT lebih tau yang terbaik untuk Bunda, untuk seluruh umatnya.
Namanya manusia hanya bisa berusaha namun apa daya Allah berencana lain. Aku percaya, rencana-Mu akan lebih indah dari apa yang kita inginkan, mungkin memang aku selalu bertanya kepada-Mu, “YaAllah, kapan Bunda sembuh? Kapan aku bisa membahagiakan mereka dengan kesuksesanku?
Kapan kita bisa keluar dari semua ujian ini?” dan aku pun madih mengingat setiap kata doaku untuk Bunda sebelum Bunda pergi, aku dengan penuh ego bertanya “Bunda, Githa baru selesai doain Bunda, kenapa Bunda secepat ini ninggalin Githa? Githa belum bahagiain Bunda dari kesuksesan Githa, kenapa Allah ambil Bunda?
Githa baru bilang, Githa butuh Bunda dihari-hari Githa. Kenapa yaAllah?” dan aku baru mengingat, di doaku selalu terselip kalimat “aku akan terus jaga Bunda dan Papah, bagaimanapun kondisinya.” lalu aku menyadari, mungkin ini adalah salah satu jawaban dari-Nya, Allah berkata “Sabar, Ikhlas” itu kunci kesuksesan.
Beruntunglah kalian yang sempat merawat orang tua kalian (kata sekian banyak orang), bakti kepada orang tua diminta bukti dengan serangkaian ujian yang diberikan.
--
Love you,
Your stubborn child