Mohon tunggu...
Githa AnggrainySaputri
Githa AnggrainySaputri Mohon Tunggu... Akuntan - Ruang Temu

fun and positive site that I will share with you. You can reach me on linktr.ee/githanggrainy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Kepergianmu di Hari Ibu.

14 Desember 2018   16:08 Diperbarui: 28 Januari 2019   22:35 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
selama kurang lebih seminggu tidak bisa menyentuh Bunda, hanya bisa melihat dari jendela

Tetapi, saat sudah pulang Bunda tetap melakukan Kontrol ke dokter di PON, ke banyak dokter, dokter Infeksi Saraf, dokter Paru, dokter Bedah Plastik(karena ada luka di bokong), saat kondisi sudah sangat menurun (menurut kami) Papah bertanya kepada salah satu dokter tersebut "Apakah kondisi seperti ini tidak seharusnya dirawat saja?" dokter berkata "ah gak usah, paling ini ngorok cuma karena banyak riyak, ada alat uap kan di rumah? 

Di uap aja Pak sehari 2-3x" ya, karena dokter berkata seperti itu kami ikuti kata dokter, dan ketika situasi dan kondisinya menurut aku dan Papah keadaan Bunda sekarang sudah harus dibawa ke RS, ya setelah hampir 3minggu dirumah akhirnya kami berdua memutuskan untuk membawa Bunda ke RS Polri tepat tanggal 04 November 2018, dua hari setelah Ulang Tahun Bunda, jam 10.00PM kami berangkat dari rumah karena kami takut di IGD pasti tidak langsung dibawa ke kamar perawatan, dan pasti Bunda masuk ke IGD yang tidak boleh ada orang luar masuk, ruang tersebut berlebel Restorasi IGD. 

Kami takut di IGD tidak dikasih makan hingga pagi, jadi jam makan terakhir Bunda adalah jam 10 malam, dan ya langsung kami bawa. Yap, dugaan kami benar, Bunda masuk ke ruangan berlebel Restorasi tersebut, dan esok harinya (Hari Senin) Bunda dipindahkan ke ICU.

Awal mendapat kabar bahwa Bunda harus masuk ICU aku merasa biasa saja tidak ada feeling yang aneh-aneh, karena aku sudah sering melihat Bunda keluar masuk ICU selama hampir dua tahun ini. entah kenapa saat itu aku benar - benar ingin berfikir positif terus, Papah ngomel - ngomel soal dokter tapi aku tetap berfikir positif. 

Dan di hari selasanya, aku mendapat kabar bahwa Bunda harus dipasang alat bantu pernafasan (Ventilator), karena saat dilihat di monitor kadar oksigennya menurun sehingga harus dibantu alat, awalnya saat mendengar itu aku lemas, tapi kembali aku tetap berfikir positif, yang ada difikiranku saat itu 

"ah, dulu juga Bunda pernah kok pake ventilator, cuma sehari doang abis itu udah boleh keluar ICU", keesokan harinya di sore hari, Papah mendapatkan kabar buruk dari dokter, intinya dokter berkata di kepala Bunda saat di cek masih banyak cairan, dan harus di operasi, tapi harus tunggu kondisi Bunda stabil(sadar dari cooma), namun keadaan yang terjadi adalah kondisi Bunda saat itu sedang sangat tidak stabil, elektrolitnya sangat turun, tapi dokter berkata masih akan tetap terus berusaha kami beranggapan bahwa masih ada kesempatan untuk dapat lebih membaik, selagi dokter berusaha kami sekeluarga juga terus bantu mendoakan tiada henti. 

Papah seperti biasa setiap malam pulang kerumah jika Almarhumah di rawat, dan aku yang menunggu di rumah sakit. Namun apa daya, manusia hanya bisa berencana, berusaha, dan berdoa, Tapi Allah SWT lah yang berkehendak.

Bunda terakhir dirawat di ruang ECU, RS POLRI
Bunda terakhir dirawat di ruang ECU, RS POLRI
Firasatku udah mulai tidak enak sejak pagi, dari perjalanan pulang kantor menggunakan Ojek Online sudah tidak bisa tenang, gelisah dan sepanjang perjalanan pulang tidak bisa berhenti menangis. Saat sampai di RS, Papah menyuruhku untuk menengok Bunda di ICU, karena sudah 2hari Githa tidak bisa masuk menjenguk Bunda, dan untungnya perawat mengizinkanku untuk menengok Bunda, namun hanya 1 menit. 

Fikirku, ya daripada tidak sama sekali. Setelah itu aku langsung bergegas mandi dan sholat Isya, pas sekali saat aku kembali ke ruang tunggu keluarga, kurang lebih pukul 20.50 WIB keluarga mendapat panggilan untuk keruang ICU, dan ternyata kondisi Bunda sangat menurun dan tepat pukul 21.03 dokter menyatakan bahwa Bunda telah tiada. 

Kami sekeluarga tidak mengira peristiwa tersebut akan secepat itu. dan ternyata benar Bunda hanya sehari saja pasang ventilator, juga habis itu boleh keluar dari ICU, tapi Bunda besoknya pindah ke ruang jenazah, bukan lagi di ruang ICU.

img-20181107-wa00011645861755-5c1345a7bde575123f67cf17.jpg
img-20181107-wa00011645861755-5c1345a7bde575123f67cf17.jpg
Baru pertama kali aku masuk ke ruangan berlabel "Kamar Jenasah" dan Mobil (Ambulance) Jenasah saat itu, yang selama ini aku takut untuk melewati ruangan tersebut. Lemas, aku tidak kuasa menahan tangis, dan terus ajak berbicara serta mohon maaf dan terima kasih kepada Bunda dengan terus mencium, dan memeluknya yang sudah dingin dan pucat, sampai suatu waktu seperti ada yang membisikanku "yasinin", aku langsung membaca Surah Yasin saat itu juga, setelah beberapa Ayat ku baca, aku mendengar seperti suara bibir yang bergerak (meniup), aku langsung melihat jenasah Bunda, ya Bunda tersenyum dan seketika aku merasa ada kehangatan di pundak dan tanganku. Aku yakin, pasti Bunda ada didekatku dan akan selalu menjaga kami dimanapun dia berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun