"Huh lelah sekali, rasanya ingin ujian ini cepat berakhir." Keluhku yang langsung berbaring di kasur.
Seketika aku langsung tertidur. Setelah beberapa saat, aku pun terbangun dan mulai belajar lagi. Saat belajar aku terpikir, lulus nanti  aku akan jadi apa ya? Apakah aku bisa melanjutkan kuliah? Jangankan melanjutkan, menentukan kuliah dimana dan jurusannya apa pun juga belum. Setiap hari aku hanya berpikir untuk menyelesaikan hari demi hari tanpa memikirkan rencana kedepannya bagaimana. Bahkan, tanpa memikirkan sukses atau gagal. Dipikir-pikir aku ini  terlalu abai terhadap masa depan. Berbeda dengan sahabat-sahabatku yang begitu ambis untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri.
       Ujian pun berakhir. Dan ini adalah saat-saat yang tunggu oleh seluruh siswa karena akhirnya waktu libur semester semakin dekat. Tetapi, saat yang megangkan pula karena semua siswa harus siap menghadapi nilai-nilai ujiannya. Baik itu nilainya buruk ataupun baik. Satu-satu persatu dipanggil kedepan untuk mengambil lembaran yang berisi mengenai semua nilai ujian mata pelajaran. Setelah ditunggu, namaku pun terpanggil.
       "Zahra Putri Ramadhan."
Aku pun langsung beranjak dari bangku dan langsung menghampiri bu guru. Diterimanya lembaran nilai itu ditanganku. Setelah aku lihat, ternyata nilaiku tidak begitu baik. Disitu aku sedih dan kesal, padahal aku sudah belajar tapi mengapa nilaiku kecil? Bahkan lebih buruk dari semester lalu. Padahal aku sudah bekerja keras untuk belajar tapi mengapa semuanya sia-sia? Aku pun pulang dengan rasa yang amat kecewa.
       "Eh Ra udah pulang." Sapa Mama yang sedang menyiapkan makan siang.
       "Aku mau ke kamar dulu." Jawabku dengan rasa putus asa.
       "Loh Ra kenapa? Langsung ganti baju terus makan yaa." Pinta Mama.
Aku tidak menjawabnya dan langsung memasuki kamar. Menenggelamkan diri ke tempat tidur dan menangis, meluapkan kekesalan. Ketika aku menangis, orang rumah tidak akan mendengarnya. Karena aku tidak mau orang-orang tau kalau sedang menangis. Dan biasanya aku pun menangis tanpa mengeluarkan suara yang keras.
       "Raa cepet keluar disuruh makan sama Mama.." Pinta kak Zaki.
       "Iyaa Kakk...." Sahut aku kepada kakakku, yang tanpa kusadari suaraku terasa berbeda.