Onyankopon menyinggung secara tidak langsung konsep kebebasan Sartre tentang tuhan. Balik lagi, ini adalah persepsi fenomenologis saya atas kalimat tersebut.
...
Saya akhiri persoalan tentang eksistensialisme ini. Perjalanan kita membedah manga ini masih berada di pertengahan jalan. Selanjutnya saya akan bahas konsep Absurdisme dalam manga ini.
Menyoal Absurdisme
Absurdisme dalam manga ini digambarkan dalam sosok Kapten Levi soal kebenaran. Levi sebelumnya percaya dengan kebenaran, dan kebenaran pasti ada. Sebelum kematian Komandan Erwin oleh Zeke, Levi percaya kalau Komandan Erwin adalah kebenaran itu sendiri. Levi benar-benar mempercayakan kebenarannya kepada Erwin yang merupakan inangnya pada pembahasan nihilisme sebelumnya.
Lalu setelah Komandan Erwin mati, Levi dikecewakan dengan kematian ini. Kebenaran bagi Levi hangus dimakan kematian. Levi menyerahkan kehidupan tersebut kepada Armin yang merupakan permohonan dari Eren. Setelah Levi mendekonstruksi kebenarannya, Levi menyandarkan kebenarannya kepada Eren dan percaya kepada Eren. Levi percaya bahwa Eren akan membawa kebaikan di dunia ini.
Tetapi kenyataannya tidak demikian. Levi lagi-lagi dikecewakan oleh keputusannya soal mempercayai Eren. Eren tidak seperti yang dia harapkan akan membawa kemaslahatan di dunia malah dinilainya sebagai hal yang bertentangan dengan pengharapannya.
Dari karakter Levi ini, kita bisa menghubungkannya dengan konsep Absurdisme, yakni konsep untuk merumuskan keadaan dimana segala kebenaran dan apa yang kita percayai adalah Absurd dan sia-sia.
Kita seringkali menyandarkan kepercayaan kita kepada suatu konsepsi kebenaran, epistemologi, etika, estetika, tetapi pada akhirnya kebenaran itu runtuh didekonstruksi oleh kebenaran lain. Begitupun seterusnya. Kita dihadapkan pada kenyataan yang absurd bahwa kebenaran itu simpang siur dan sia-sia sekali.
Karena hidup ini memang absurd, maka dari itu kita seharusnya memaknai hidup yang absurd ini dengan pemaknaan yang berarti dan bukan lari dari realitas. Konsep Absurdisme Albert Camus memang kental sekali dengan eksistensialisme. Kita tidak bisa berhenti pada absurdisme yang membawa kita pada jurang nihilisme, kita harus memaknai hidup kita.
Bicara soal konsep hidup, karakter di anime ini juga berbicara soal konsep hidup dan hakikatnya yang berbeda. Manga ini menurut hemat saya kurang lebih sama dengan hakikat hidup yang dikemukakan Scopenhauer. Menurut Scopenhauer, hakikat hidup manusia adalah penderitaan, dan dorongan manusia untuk hidup adalah semangat dari  "Will To Reproduction"
Will To Reproduction