Mohon tunggu...
Ahmad Farhan Saukani
Ahmad Farhan Saukani Mohon Tunggu... Lainnya - Anak yang kebetulan suka filsafat

Baru pertama kali mencoba menulis. Lebih senang membaca dibanding menulis, tetapi membaca membangkitkan gairah untuk menulis. Kita coba dunia baru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyibak Filsafat di Balik Manga Attack On Titan

17 Desember 2020   01:56 Diperbarui: 26 April 2021   15:42 6425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster anime Attack on Titan. | Foto bersumber dari myanimelist

Seiring berjalannya alur cerita di manga ini, kita diberi fakta-fakta yang mengejutkan, kita akhirnya diberitahu bahwa dunia dalam manga ini tidak sebatas ada di dalam dinding saja. Mereka bertemu dengan lautan.

Bagian ini mengingatkan saya akan alegori gua Plato, seperti dikatakan di awal. Kebenaran yang selama ini kita percaya jangan-jangan hanya derivasi kebenaran yang maha luas. Selama ini realitas yang kita kira adalah kebenaran yang maha sempurna. Nyatanya kebenaran akan realitas tidak sesempit yang kita pikir, manusia tidak bisa berhenti pada satu kenyataan, manusia harus eksis di dunia hingga mencapai kebenaran abadi.

Kebenaran dan kebebasan ada di luar dinding. Alasan mengapa mereka diserang adalah dunia yang ada di luar dinding. Mereka menemukan hakikat dari penderitaan mereka selama ini bahwa di luar dinding ada manusia.

Mereka selama ini dihadapkan pada penderitaan semu dimana mereka hidup berhadapan dengan titan. Penderitaan yang selama ini mereka kira adalah bayang-bayang dari kebencian manusia yang ada di luar dinding. Kebenaran itu ada di luar dinding, dan mereka harus menerimanya.

Manga ini menghadapkan kita pada persoalan-persoalan dimana kebaikan adalah kita yang menentukan. Kebaikan adalah buatan yang orang ingin buat, yang tercampur dengan berbagai kepentingan. Kita tidak bisa menemukan kebaikan abadi, kebaikan adalah kita yang buat sendiri.

Nihilisme kental sekali di manga ini. Apa yang kita sebut baik jatuh dalam relativisme dan perspektif. Kita tidak bisa menguniversalkan bahwa Eren adalah jahat, dan kelompok Survey Corps yang tersisa adalah baik. Bahkan manga ini berkata sendiri bahwa mereka kebingungan dengan apa yang mereka sebut baik.

Manga ini banyak menampilkan persoalan-persoalan nihilisme. Saya akan bagi ini ke dalam suatu sub-bab kecil.

Menyoal Nihilisme. 

Seperti dikatakan sebelumnya, manga ini kental sekali dengan nihilisme. Hal ini diperjelas pada adegan-adegan yang menunjukkan kecenderungan tersebut. Hajime Isayama seakan-akan menegaskan bahwa manga ini adalah nihil.

Manga ini menegaskan bahwa di dunia Attack On Titan tidak pernah ada kebenaran. Hal ini dibuktikan dari kalimat Eren Kruger, pewaris Attack titan sebelum ayah dari Eren Yeager di chapter 88, yakni

"Tidak ada sesuatu seperti kebenaran di dunia ini, itu realitanya. Siapapun bisa menjadi tuhan atau iblis. Semua itu yang orang akui sebagai kebenaran."

Maksud dari kalimat tersebut adalah, kebenaran itu nihil, kosong. Segala pemaknaan terhadap dunia adalah kosong tanpa makna. Apa yang kita sebut sebagai benar adalah hasil dari konstruksi para pembuat kebenaran dimana kebenaran yang apa adanya adalah tiada. Plato seolah-olah membuat kebaikan tampak seperti universal. Padahal jika dilacak asal usulnya, apa yang disebut baik bagi Plato merupakan hasil konstruksi dari berbagai kepentingan dan pra-pemahamannya tentang apa yang disebutnya sebagai baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun