Marhapatih Meda: "yang mulia.. apa kau akan menikah lagi?"
Raja Wijaya: "aku tidak tahu... aku masih belum lepas dengan Kumara, hatiku masih untuknya sampai saat ini."
Marhapatih Meda: "lalu jika kau tidak menikah, bagaimana dengan Adya??. Apa kau bisa membesarkanya sendirian??."
Raja Wijaya: "tentu tidak bisa. Maka dari itu aku serahkan dia kepada para selir, biarkan para selir yang merawatnya dan menyusuinya".
Marhapatih Meda: "apakah dari para selir itu ada yang bisa menyusuinya?"
Raja Wijaya: "tentu saja tidak. Mereka menyusuinya tidak dengan asi, mereka menyusuinya dengan ramuan itu yang setara dengan asi. Dan memang dibuat khusus untuk bayi".
Marhapatih Meda: "ohh, dengan ramuan itu. Huffhh aku berharap dia tumbuh menjadi pria kuat seperti ayahnya. Aku sungguh prihatin... aku tidak kuat melihatnya tumbuh tanpa Kumara."
Raja Wijaya: "ya begitulah.. dia harus menerima takdir. Bagaimanapun aku akan tetap menjaganya, karena sekarang hanya dialah satu-satunya keturunanku yang bisa meneruskan kerajaan ini. Cepat atau lambat aku akan membalas perbuatan penyihir itu."
Marhapatih Meda: "berbicara mengenai balas dendam, salah satu dari kita harus ada yang mencari tahu tentang kerajaan penyihir itu yang mulia... mereka tahu kita tapi kita tidak tahu dimana mereka, bagaimana kita mau menyerangnya??. Aku harus mencari tau.. yaa aku harus mencari tau tentang kerajaan itu."
Raja Wijaya: "bagaimana kau melakukannya?"
Marhapatih Meda: "aku harus pergi dari Wonosari yang mulia.. aku harus pergi menjarah hutan dan menemukan penyihir itu. Kau harus mencari penggantiku di Keraton".